Bang Mus Berwasiat Menjaga KTP dan Dompet
Hari Kamis, 6 Maret 2025, aku usai libur awal Ramadhan. Aku dan sibungsu pamit kepada Abang berangkat ke sekolah.
"Kami berangkat ke sekolah sayang pamitku kepada Abang." Aku raih tangan beliau lalu aku dekatkan ke kening beliau. Beliau meronta melakukan perlawanan.
"Eh masih kuat juga meski demam, Pa!" Seruku sambil mencium punggung tangan Abang. Aku memang suka mencandai Abang saat bersalaman tapi kadang aku juga lupa bahwa istri yang cium tangan suami. Kadang terbiasa bersalaman dengan murid atau anak. Kadang jiwa petualangku juga muncul, ingin diratukan seperti dongeng. Raja mencium tangan ratu.
Ya, meski abang sakit, nakalku sering muncul menggoda beliau. Abang susah senyum, jadi aku ingin ia tersenyum selalu. Aku lanjut mencium pipi beliau. Abang pasrah saja. "Oke sayang. Sampai jumpa pulang sekolah, ya! Assalamualaikum wrwb!" Teriakku riang.
"Adek salam papanya!" Sorakku kepada sibungsu sambil mengeluarkan motor maticku dari rumah.
Tiga anak kami, Teguh, Anggia, dan Yola mengadopsi semua perilaku Ayah mereka. Teguh tak suka becanda dan senang jaga wibawa. Anggia mirip kulkas 2 pintu kaku di rumah dan dihadapan teman ceweknya, namun hambel bila bersama sahabat-sahabatnya.
Begitu juga Dedek Yola. Kaku berteman namun hambel bila bertemu teman yang cocok. Miriplah cara Abang berperilaku seharian. Abangpun bisa dekat denganku karena akunya yang merayu. Aku suka cowok kaku seperti abang. Melihatnya malu-malu saat dirayu terasa beda. He he he. Abang bilang aku nakal.
Sampai pukul 13.30 WIB aku dan sibungsu di sekolah. Aku mengajar di kelas 9H dan 9I. Seperti kata muridku, "Ya Allah sedih Syifa bacanya buk (tulisanku tentang Abang). Ibu selalu ceria dan tidak membosankan untuk kami ya buu, sehat2 buu, semoga kedepannya ibu semakin sukses dan di permudah Allah selalu dalam berurusan, sehat2 selalu ya bu yusriana," begitu tulis muridku Syifa.
Ya, aku berusaha menutupi sakit Abang. Syukur beliau masih ada. Aku selalu ingat kata-kata Kak Masna berpuluhtahun lalu. Kak Masna tetangga kami. Ia anak tertua. Memiliki 4 adik. Ayahnya kuat ke sawah. Ayahnya petani. Tapi ibu Kak Masna sangat kurus. Beliau sakit-sakitan. Paru-paru. Kadang batuk beliau berdarah.