Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bang Mus, "Mobil Jangan Dikasih Kepada Saudara..."

18 Maret 2025   07:10 Diperbarui: 18 Maret 2025   07:20 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Avanza Kesayangan Bang Mus sedang Parkir di Universitas Indonesia: Foto Yusriana

Kenangan hari pertama dengan Bang Mus, "Sakaratul Maut Dimulai dari Ujung Kaki," kenangan kedua dengan Bang Mus, "Kuburkan Abang di Kuburan Termudah," kenangan ketiga dengan Bang Mus suami tercinta, "Bila Abang Tak Sanggup Naik Haji ke Mekkah, Digantikan Yola."

Porsi aku dan suami untuk naik haji ke Mekkah tahun 2029. In sya Allah. Namun bila aku dan abang membicarakan ini, beliau akan cepat merespon "Bila Sehat Abang yang Pergi. Tapi Bila Tak Sehat Nak e yang Gantikan Papa, Ya?"

Begitu permintaan abang bila kami berbicara masalah kesehatan beliau akhir-akhir 2024 dan awal tahun 2025. Begitu juga hari Senin, 3 Maret lalu saat kami berbincang sesudah sahur dan sambil mengunyah 7 biji buah malua/buah makasar. Sambil menunggu waktu imsak dan subuh masuk kami bercengkrama dengan posisi Abang di kursi tamu dan aku di dekat kaki beliau.

Yola menerima perintah dari Papanya hanya diam. Mereka berdua selain mirip wajah, postur tubuh, juga sama pendiam. Akulah yang selalu memulai cerita. Tapi aku suka dengan situasi ini. Abang bilang, " Bila Ma Teguh pendiam pula, jadi rumah kuburanlah rumah kita." He he he. 

Aku paling suka rayuan abang yang sedikit-sedikit itu. Sedikit tapi berkelas. Aku juga paling suka duduk di dekat kaki beliau seperti posisi sekarang. Sambil bercerita aku memijat betis beliau yang sering terasa mendenyut.

Beliau akan cepat mengangkat kaki ke atas kursi dan duduk bersila agar aku tak menggangu kakinya lagi. Kemudian aku pindah ke dekat bahu beliau. Duduk di tangan kursi. Aku monewel-nowel hidung mancungnya, menusuk-nusuk lembut telinganya. Sambil bercerita abang nampak grogi. Mukanya memerah. 

"Panti asuhan yang di Tanah Pak Lambik dan Panti asuhan yang di Batipuh sudah kondusif lagi. Defrial yang membantu menghandle sekarang. Begitu cerita beliau.

"Sekarang yang mendesak mencari tanah seluas 3000 meter untuk dapur makan gratis." Cerita abang memang tak jauh dari kepemimpinan beliau di Muhammadiyah. Nampak berat ia bercerita.

Biasanya aku hanya diam. Mendengar dan menyimak dengan baik saja. "Sedang dicari Surya tapi, Bang," komenku apa adanya.

"Iya jawab beliau." Kemudian adzan subuh berkumandang. Beliau berdiri dan pergi berwudhu ke kamar mandi tanpa izin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun