Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Waspadai Kebosanan pada Anak agar Tak Memicu Kekerasan dan Kriminalitas

9 Desember 2024   22:30 Diperbarui: 9 Desember 2024   22:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usia ini, kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan olahraga, seni, atau teknologi juga penting untuk mengembangkan keterampilan sosial dan fisik siswa. Asrama bisa menjadi tempat yang baik untuk mengasah keterampilan kepemimpinan, kerja sama, serta memberikan mereka ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Sekali seminggu diajak maraton bersama.

3. Kolaborasi Antara Orang Tua dan Guru tertap

Penting adanya komunikasi yang baik antara kedua pihak untuk memastikan anak mendapatkan stimulasi dan dukungan baik di rumah, di asrama, maupun di sekolah. Bersama-sama orang tua, guru, dan pengasuh asrama bisa menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh dengan aktivitas bermakna bagi siswa.

Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan mental, emosional, dan sosial mereka. Kebosanan sebagai Pemicu Kekerasan dan Kriminalitas pada Anak di Rumah, di asrama, dan di Sekolah Dapat Diantisipasi.

Razia Malam Kedua

Razia malam kedua di asrama memang sudah diperingatkan sebelumnya. Namun, malam itu, sepuluh anak kelas 9 yang merasa jenuh dengan rutinitas asrama memutuskan untuk kabur. Tanpa sepengetahuan pengasuh, mereka berbisik-bisik merencanakan untuk pergi ke pasar.

Malam semakin larut, tapi suasana di pasar masih ramai. Mereka tertawa lepas, menikmati kebebasan, jauh dari aturan yang membatasi. Tak lama, mereka membeli camilan dan berkeliling. Tapi kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Ketika mereka kembali ke asrama, sebuah mobil patroli datang dan para pengasuh sudah menunggu di gerbang. "Ke mana saja kalian?" tanya salah satu pengasuh dengan tatapan tajam.

Mereka hanya bisa menunduk, sadar bahwa kebebasan sementara itu harus dibayar dengan konsekuensi. Orangtua mereka pun dipanggil. Mereka diberi kebebasan belajar di sekolah dan asrama.

Mereka pulang tanpa membawa ijazah lulus bagi yang sudah mencapai poin 100. Bagi yang poinnya di bawah 100 diberi sanksi skorsing. Diberi kesempatan untuk berubah satu periode lagi sesuai peraturan sekolah. Mewaspadai kebosanan pada anak tanggung jawab kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun