Dedek mengusap-usap telinganya dengan gusar. Memang malam itu, suara dengung kecil terus saja mengganggunya di tempat tidur. Ia sudah menggulung tubuhnya dengan selimut, tapi tetap saja nyamuk nakal itu berhasil menemukan celah untuk mendekati telinganya.
"Kenapa sih, nyamuk suka banget sama telinga kita, Bun?" Tanyanya sambil menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang tengah. Matanya masih setengah mengantuk, tapi raut wajahnya menunjukkan kekesalan. Bete banget deh.
Bundanya tersenyum kecil sambil menepuk kursi di sebelahnya. "Sini, Dedek duduk dulu. Nyamuk itu, Nak, suka sama panas tubuh kita dan bau napas kita. Telinga itu kan dekat sama hidung, jadi nyamuk pikir itu tempat yang enak buat dia main-main sambil menari-nari."
Dedek memiringkan kepalanya, tampak bingung. "Jadi dia main-main dan menari-nari aja, Bun? Nggak capek? Tapi kenapa dia harus bunyi di telingaku? Itu ganggu banget, Bun!" Rengek si Dedek.
Bunda tertawa pelan. "Itu bukan disengaja, sayang. Suara dengungnya itu berasal dari sayap nyamuk yang terbang cepat. Karena dekat sama telinga kita, jadi kita dengar lebih jelas." He he he Bundanya ketawa melihat ekspresi si Dedek.
Dedek mengerucutkan bibir, merasa penjelasan Bunda tidak cukup memuaskan. "Terus, gimana biar dia nggak main di telinga Dedek lagi? Dedek udah capek ngusir-ngusir, dia tetap balik lagi!"
Bunda mengusap kepala Dedek dengan lembut. "Kalau mau nyamuk nggak ganggu, kita bisa pakai lotion antinyamuk atau tidur pakai kelambu. Bisa juga coba pasang kipas angin biar nyamuknya nggak suka terbang ke sini."
Dedek mengangguk-angguk sambil berpikir. "Kalau gitu, besok Dedek mau beli kipas angin buat kamar Dedek, ya Bun. Kasih tahu nyamuk nakal itu, Bunda! Dedek nggak mau main sama dia lagi."
Bunda tersenyum manis sambil mengangguk-angguk. "Siap, Komandan Dedek! Bunda pastikan nyamuk-nayamuk itu nggak ganggu kamu lagi."