Adapun tujuan membawa anak ke psikolog adalah untuk membantu mengidentifikasi penyebab mendasar dari perilaku mencuri, baik itu faktor emosional, sosial, maupun psikologis, sehingga dapat diberikan intervensi atau pengobatan yang tepat.Â
Melalui sesi konseling dan observasi, psikolog dapat membantu anak memahami dampak dari tindakannya, mengajarkan cara mengelola dorongan atau emosi yang memicu perilaku tersebut, serta membangun keterampilan sosial dan moral yang sehat.Â
Selain itu, psikolog juga dapat memberikan panduan kepada orangtua dalam mendukung proses perubahan anak secara konsisten di lingkungan rumah. Misalnya siswa N mencuri disebabkan dia baru saja punya adik dua tahun ini. Biasanya N paling bungsu. Penuh dapat perhatian.Â
Namun sejak punya adik, N merasa tersisih. Ia pun menghabiskan waktu di warnet bersama teman. Untuk memenuhi keuangan mereka di warnet N mencuri tiap hari di sekolah. Semua ini diketahui setelah berkonsultasi dengan psikolog di rumah sakit.
5. Penerapan Sanksi yang Mendukung Pembelajaran
Jika siswa ketahuan mencuri, berikan sanksi yang mendidik, seperti meminta mereka mengganti barang yang diambil atau membantu tugas sekolah sebagai bentuk tanggung jawab. Berapa uang yang sudah dicuri tentu bisa di data dari teman sekelas.
Waktu-Waktu Rawan untuk Siswa dan Strategi Guru Mengedukasi Siswa
Pada momen tertentu berikut yang sering menjadi "waktu rawan" siswa lebih rentan melakukan tindakan mencuri, guru bisa mengedukasi siswa:
1. Jam istirahat: Sebelum siswa meninggalkan kelas, siswa harus memastikan uang tak ada dalam tas.
2. Ketika ada acara besar: Dalam suasana ramai seperti acara sekolah, siswa cenderung lebih berani membawa uang banyak karena merasa tidak diawasi. Guru harus membuat aturan sebelum acara. Bila perlu pakai surat pernyataan tak akan membawa banyak uang apalagi barang berharga
3. Saat guru tidak hadir: Ketidakhadiran guru di kelas dapat menciptakan kesempatan bagi siswa untuk berbuat curang. Pastikan ada guru piket mendampingi siswa di kelas.