Strategi tersebut di antaranya:
1. Siswa Diberi Edukasi Moral Secara Konsisten dan kontinew
Guru perlu mengajarkan nilai-nilai kejujuran melalui diskusi, cerita, atau aktivitas kelompok. Dengan memahami dampak buruk mencuri, siswa akan lebih sadar pentingnya bertindak jujur. Bisa juga diberikan tausiah saat apel pagi, jam wali kelas, dan ketika guru mengajar di kelas. Mereka harus diingat-ingati agar menjauhkan diri dari mencuri.
Resiko mencuri nanti kita bisa dijauhi teman. Akhirnya mental menjadi down dan tak semangat lagi belajar. Ujung-ujungnya bisa pindah sekolah. Jika bertahan bisa pula menjadi bahan bullying. Kadang inilah resiko mereka mencuri. Nah guru harus mengedukasi siswa.
2. Pendekatan Personal
Pendekatan personal bisa dengan memanggil siswa berkarakter mencuri. Berbicaralah secara langsung dengan siswa yang terindikasi mencuri. Lalu berikan edukasi. Baik melalui pendekatan agama, moral, dan budaya setempat.
Pahami latar belakang dan alasan mereka mencuri dahulu agar mudah memberi solusi. Sikap empati dapat membantu siswa merasa didengar dan diarahkan dengan cara yang baik. Bila ada kendala ekonomi bisa dibantu melalui dana bos, subsidi silang, donatur, dan amil zakat setempat.
3. Sistem Pengawasan Ketat
Memperketat pengawasan di waktu-waktu rawan dapat membantu mencegah tindakan mencuri. Misalnya, memasang cctv pengintai di kantin, di kelas sisewa, di tempat yang murid sering mencuri, guru piket dapat mengawasi kantin saat jam istirahat atau memastikan kehadiran siswa selama kegiatan olahraga dan salat.
4. Kolaborasi dengan Orang Tua
Guru dan orang tua perlu bekerja sama untuk menangani perilaku mencuri. Diskusi yang terbuka dan jujur dapat membantu menemukan solusi terbaik bagi siswa. Bila penyakit mencuri ini sudah taraf parah, orangtua harus diedukasi untuk membawa anak ke psikolog.