5. Tekanan Emosional atau Stres
Anak yang sedang menghadapi masalah emosional, seperti konflik keluarga atau tekanan akademik, bisa mencuri sebagai bentuk pelampiasan atau pelarian. Anak yang orangtuanya broken akan berpotensi untuk melakukan pelarian ini.
6. Bentuk Pemberontakan
Pada usia remaja, mencuri kadang menjadi ekspresi pemberontakan terhadap aturan atau otoritas, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka memberontak karena tak bisa menerima aturan.
Ekspresi perilaku yang menentang dan mengabaikan aturan pengasuhan yang berlaku biasa terjadi pada remaja. Pemberontakan remaja itu sebenarnya sih menjadi bagian normal dari proses pertumbuhan mereka dan perkembangan. Fase ini menandakan kebutuhan remaja untuk memiliki kemandirian dan identitas yang terpisah.
Ketika inilah perhatian guru dan orangtua menjadi sangat penting dan mewaspadai perilaku mencuri.
Waktu-Waktu Rawan Terjadinya Pencurian
Ada momen tertentu yang sering menjadi "waktu rawan" di mana siswa lebih rentan untuk mencuri:
1. Jam Jajan di Kantin
Jam istirahat menjadi waktu rawan mencuri karena siswa bebas bergerak dan interaksi antar siswa meningkat. Dalam situasi ini, anak-anak cenderung lebih mudah tergoda untuk mencuri barang milik teman. Pun mencuri di kantin sekolah. Ketika penjaga kantin sibuk melayani pembeli, mereka tak segan mencuri dengan menyebutkan beli jajanan cuma dua padahal ambil jajanan tiga.
2. Ketika Siswa Menghindari Jam Olahraga