Bayang-Bayang di Tikungan Jalan
Rintik hujan membasahi kaca depan mobil ketika Aria memutar kemudi. Ia mencoba menyusuri jalan sempit menuju rumahnya. Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Kabut tipis yang menyelimuti jalan membuat pandangannya terbatas. Hal itu memaksa Aria untuk melaju pelan.
Di sebuah tikungan tajam tiba-tiba bayangan kenangan itu datang lagi—suara rem mendadak, bunyi benturan keras, dan jeritan seseorang yang terputus di udara. Tangannya gemetar di atas setir dan napasnya tertahan.
Ya, setahun lalu, di tikungan yang mirip seperti ini, Aria pernah terlibat kecelakaan yang merenggut nyawa seorang pengendara motor. Walaupun polisi menyatakan bahwa itu bukan sepenuhnya salahnya, rasa bersalah terus menghantuinya.
Setiap kali melewati tikungan jalan yang sama, pikirannya dipenuhi bayangan tentang malam itu. Aria merasa dirinya kembali ke detik-detik sebelum kecelakaan itu terjadi. Ia merasa tak berdaya dan terperangkap dalam waktu yang berulang saat itu.
Ketika sampai di rumah, Aria duduk lama di dalam mobil. Ia memejamkan mata dan menarik napas panjang. Dia tahu, ini bukan hanya tentang jalan itu. Trauma itu telah membuatnya takut melangkah ke mana pun, bahkan dalam hidupnya sendiri.
Namun, malam ini dia merasa ada sesuatu yang harus dihadapinya, sesuatu yang harus diakhiri.
Aria Mengalami Overthinking
Overthinking yang dialami oleh Aria adalah kecenderungan untuk memikirkan sesuatu secara berlebihan, berulang-ulang, dan sering kali tanpa solusi yang jelas. Overthinking biasanya terjebak dalam pikiran negatif, mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi, atau memutar ulang kejadian masa lalu dengan penuh penyesalan atau analisis yang berlebihan.
Overthinking dapat terjadi karena faktor trauma masa lalu seperti Aria. Trauma saat terlibat kecelakaan di tikungan jalan. Bisa juga karena perfeksionisme dan tekanan sosial juga dapat memicu kebiasaan ini.
Selain itu, stres, kelelahan mental, dan terlalu banyak informasi yang dikonsumsi dapat memperburuk keadaan mereka yang terkena overthinking.
Trauma dapat terjadi akibat pengalaman buruk di masa lalu. Misalnya Aria yang pernah mengalami kecelakaan mobil. Setelah kejadian tersebut, ia merasa cemas setiap kali mengemudi bahkan hanya menjadi penumpang.
Kenangan akan kecelakaan itu terus terulang dalam pikiran Aria. Perasaan takut yang intens dan ketidaknyamanan ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-harinya. Sehingga ia menghindari perjalanan jauh atau menolak kesempatan yang melibatkan transportasi.
Trauma semacam ini memerlukan waktu dan dukungan untuk pulih. Dukungan baik dari keluarga, teman, maupun bantuan profesional seperti konselor.
Ada Beberapa Contoh Situasi Overthinking yang menimpa seseorang:
1. Ketakutan akan Penolakan
Misalnya, pasangan khawatir bahwa ucapan atau tindakannya membuat Anda tidak suka, meskipun sebenarnya Anda baik-baik saja.
2. Mencemaskan Masa Depan
Mereka bisa memikirkan berbagai kemungkinan buruk, seperti, "Bagaimana kalau nanti aku gagal memenuhi harapan pasangan?"
3. Mempertanyakan Hal-Hal Kecil
Seperti membaca pesan teks Anda berulang kali untuk mencari arti tersembunyi di balik kata-kata yang Anda kirimkan.
4. Merasa Bertanggung Jawab Berlebihan
Mereka mungkin merasa bersalah untuk hal-hal yang bukan kesalahan mereka, karena terus memikirkan dampaknya pada orang lain.
Overthinking bisa berdampak pada hubungan karena memunculkan rasa cemas, kurang percaya diri, dan konflik yang sebenarnya tidak perlu. Namun, dengan pendekatan yang tepat, overthinking ini bisa dikelola agar tidak merusak keseimbangan hubungan.
Overthinking bisa muncul karena berbagai faktor yang memengaruhi cara seseorang berpikir dan bereaksi terhadap situasi. Berikut beberapa penyebab umum overthinking:
1. Pengalaman Masa Lalu yang Negatif
Trauma atau pengalaman buruk di masa lalu, seperti kegagalan, kehilangan, atau penolakan, dapat meninggalkan jejak emosional. Seseorang yang pernah mengalami hal ini cenderung lebih hati-hati atau terlalu khawatir untuk menghindari pengalaman serupa.
2. Rasa Tidak Percaya Diri
Kurangnya kepercayaan diri sering membuat seseorang merasa ragu terhadap kemampuannya sendiri. Mereka takut membuat kesalahan atau dianggap tidak cukup baik, sehingga berpikir terlalu jauh sebelum bertindak atau mengambil keputusan.
3. Perfeksionisme
Keinginan untuk selalu melakukan segalanya dengan sempurna dapat memicu overthinking. Perfeksionis sering kali merasa harus mempertimbangkan semua detail atau kemungkinan sebelum bertindak, yang justru membuat mereka terjebak dalam pikiran mereka sendiri.
4. Rasa Takut akan Penilaian Orang Lain
Orang yang overthinking sering terlalu peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Kekhawatiran ini membuat mereka terus memikirkan cara bertindak agar diterima atau diakui.
5. Kecenderungan untuk Berpikir Negatif
Orang yang memiliki pola pikir pesimis lebih cenderung memikirkan skenario terburuk dalam setiap situasi. Hal ini membuat mereka fokus pada masalah daripada solusi.
6. Stres atau Kecemasan yang Berlebihan
Stres berkepanjangan atau gangguan kecemasan bisa menjadi akar dari overthinking. Pikiran yang sibuk dan cemas membuat seseorang sulit untuk tenang dan memutuskan sesuatu dengan jernih.
7. Kurangnya Kontrol Emosi
Ketidakmampuan untuk mengelola emosi, seperti rasa marah, sedih, atau khawatir, bisa membuat seseorang berulang kali memikirkan masalah tanpa mampu menyelesaikannya.
Cara Menghadapi Pasangan yang Sering Overthinking
Setiap hubungan memiliki tantangan dan salah satunya adalah ketika pasangan cenderung overthinking. Sifat ini sering membuat mereka berpikir terlalu jauh tentang hal-hal sederhana sehingga memunculkan rasa cemas, bahkan kekhawatiran yang tidak perlu. Meski kadang melelahkan.
Oleh karena itu penting untuk memahami bahwa overthinking bukanlah sesuatu yang disengaja. Overthinking datang tanpa diundang. Ia menyelusup ke alam bawah sadar penderita.
Berikut lima cara bijak untuk menghadapi pasangan yang sering overthinking:
1. Dengarkan Ia dengan Empati
Pasangan yang overthinking sering merasa terjebak dalam pikirannya sendiri. Saat mereka mulai berbagi kekhawatirannya, hindarilah memotong pembicaraan atau langsung memberikan solusi. Sebaliknya, kita dengarkan ia dengan sepenuh hati.
Tunjukkan bahwa Anda peduli melalui bahasa tubuh seperti kontak mata, anggukan, atau menanggapi dengan kata-kata, “Mmmhhh, Aku mengerti perasaanmu.” Dengan didengar, pasangan akan lebih tenang dan percaya pada dukungan Anda.
2. Bantu Ia Memisahkan Fakta dari Dugaan
Overthinking sering kali berakar pada asumsi atau dugaan yang belum tentu benar. Ketika pasangan mulai merasa cemas, ajak mereka untuk memeriksa fakta. Gunakan pertanyaan seperti, “Apa bukti yang mendukung pemikiran ini?” atau “Apa mungkin ada penjelasan lain?”
Pendekatan ini membantu mereka melihat situasi dengan lebih logis dan mengurangi kekhawatiran yang tidak mendasar. Sambil dipeluk atau sambil mengelus punggungnya ya.
3. Ciptakan Ruang Aman untuk Berdiskusi Dengannya
Orang yang overthinking sering takut dihakimi atau dianggap lemah. Bahkan dibilang stres atau gila. Maka, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mereka untuk berbagi.
Jangan merespons dengan nada sarkastik atau menyalahkan. Sebaliknya, gunakan pendekatan yang lembut dan dukung mereka menemukan solusi atau sudut pandang baru untuk menyelesaikan masalah.
4. Doronglah Ia untuk Fokus pada Hal Positif
Pasangan yang overthinking cenderung berfokus pada kemungkinan-kemungkinan terburuk. Bantu mereka mengalihkan perhatian dari hal negatif ke hal-hal positif dalam hidup mereka.
Anda bisa mengajak mereka mengingat momen-momen indah yang pernah kalian alami atau mencari sisi baik dari situasi yang sedang mereka khawatirkan. Latihan bersyukur, seperti menuliskan hal-hal yang mereka syukuri, juga bisa membantu.
5. Kenalkan Ia Teknik Relaksasi
Overthinking sering kali memicu stres. Ajak pasangan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau olahraga ringan untuk menenangkan pikirannya. Anda juga bisa merekomendasikan aktivitas yang mereka nikmati, seperti mendengarkan musik, menonton film, atau berjalan-jalan.
Dengan cara ini, pikiran mereka bisa sedikit beristirahat dari kekhawatiran yang berlebihan.
Menghadapi pasangan yang overthinking membutuhkan kesabaran, pengertian, dan komunikasi yang baik. Ingatlah bahwa kehadiran Anda sebagai pendukung utama sangat berarti bagi mereka.
Dengan menerapkan kelima cara di atas, Anda tidak hanya membantu pasangan mengatasi overthinking-nya, tetapi juga memperkuat hubungan yang lebih sehat dan harmonis.
Dalam Islam, overthinking sering kali dikaitkan dengan waswas, yaitu bisikan hati yang berlebihan yang dapat memicu rasa cemas atau ragu. Pendekatan agama Islam menekankan ketenangan hati melalui keimanan, ibadah, dan tawakal kepada Allah. Berikut beberapa cara menghadapi overthinking menurut ajaran Islam:
1. Memperkuat Keimanan dan Tawakal
Islam mengajarkan untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha. Dalam Surah At-Taubah ayat 51, Allah berfirman:
"Katakanlah: Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman bertawakal."
Dengan tawakal, seseorang dapat mengurangi beban pikiran karena menyadari bahwa hasil akhir ada di tangan Allah, bukan semata-mata dari usaha manusia.
2. Berzikir untuk Menenangkan Hati
Zikir adalah cara yang efektif untuk menenangkan hati dan pikiran. Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."
Lakukan zikir sederhana seperti membaca Laa ilaha illallah, Subhanallah, atau Astaghfirullah. Hal ini membantu seseorang mengalihkan fokus dari kekhawatiran yang berlebihan ke kedekatan dengan Allah.
3. Berdoa Memohon Ketenangan
Rasulullah SAW mengajarkan doa yang sangat baik untuk mengatasi kecemasan:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas dan sedih, kelemahan dan kemalasan, sifat pengecut dan kikir, dan beban utang serta penindasan manusia."
(HR. Abu Dawud)
Berdoalah dengan keyakinan bahwa Allah selalu mendengar dan memberikan yang terbaik. Ucapkan selalu doa itu di sela zikir.
4. Mengelola Pikiran melalui Shalat
Shalat tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga sarana untuk berkomunikasi dengan Allah dan menenangkan jiwa. Rasulullah SAW bersabda:
"Istirahatkanlah kami dengan shalat, wahai Bilal."
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Shalat dengan khusyuk membantu seseorang mengalihkan pikiran dari hal-hal duniawi yang mengganggu dan lebih fokus pada Allah.
5. Merenungi Hikmah dalam Qadha dan Qadar
Overthinking sering kali terjadi karena seseorang terlalu khawatir tentang hal-hal di luar kendalinya. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah diatur dalam qadha dan qadar Allah.
Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hadid ayat 22-23:
"Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah, agar kamu tidak berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu."
Penutup
Menghadapi overthinking dengan pendekatan Islam adalah tentang memperbaiki hubungan dengan Allah, memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas izin-Nya, dan menjaga keseimbangan hati melalui ibadah. Dengan cara ini, seseorang dapat menemukan kedamaian dan tidak lagi terjebak dalam kecemasan yang berlebihan.
Bayang-Bayang di Tikungan Jalan
Keesokan harinya, Aria kembali ke tikungan jalan itu. Kali ini di siang hari. Langit cerah, tanpa kabut apalagi rintik hujan. Ia memarkir mobil di tepi jalan, lalu berjalan pelan ke tempat kecelakaan terjadi setahun yang lalu.
Jejak trauma masih terasa di sana, meski tidak ada bekas nyata kecelakaan. Namun, baginya, setiap inci jalan itu adalah saksi dari malam yang merubah hidupnya.
Di tangan Aria tergenggam seikat bunga lili putih. Dengan hati-hati, ia meletakkannya di pinggir jalan, tepat di bawah pohon besar tempat pengendara motor itu berhenti untuk terakhir kali.
Ia menutup matanya, mengingat wajah pria itu—orang yang tak pernah ia kenal namun selalu menghantui pikirannya.
“Maafkan saya, semua atas izin Allah” bisiknya pelan. Suaranya hampir tak terdengar di antara desiran angin.
Aria tidak tahu apakah pria itu akan memaafkannya, atau apakah ia benar-benar bersalah. Tapi, ia tahu, langkah ini bukan tentang mencari pengampunan, melainkan tentang mengampuni dirinya sendiri.
Hanya dengan ini ia bisa melanjutkan hidupnya tanpa bayangan yang terus menghantuinya. Saat ia berdiri, seorang pria paruh baya dengan seragam sederhana mendekatinya.
“Sedang apa di sini, Nak?” tanyanya.
“Saya hanya ingin menghormati seseorang yang mengalami kecelakaan satu tahun lalu di sini, Pak!” Kata-kata Aria terputus. Matanya terhenti pada lencana kecil di seragam pria itu, yang bertuliskan nama mendiang pengendara motor yang ia tabrak.
Pria itu tersenyum kecil, seolah ia memahami kebisuan Aria. “Ia adalah adik saya. Banyak orang datang ke tempat ini, tapi jarang ada yang membawa bunga.”
Aria tergagap, tidak tahu harus berkata apa. Tapi pria itu menepuk pundaknya dengan lembut. “Adik saya dulu selalu berkata bahwa manusia hidup untuk belajar memaafkan, termasuk diri sendiri. Jangan terus menyalahkan dirimu. Jalani hidupmu yang masih panjang ini.”
"Ini yang pendeknya, Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu. Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahtera, dan muliakanlah ia."
Kata-kata itu, sederhana namun tulus, terasa seperti sebuah jawaban. Aria menatap pria itu, lalu mengangguk pelan. Ia mengucap terima kasih. Lalu izin pamit. Langkah kakinya terasa lebih ringan ketika meninggalkan tikungan itu. Untuk pertama kalinya, ia merasa bisa bernapas lega.
Bayang-bayang itu tidak sepenuhnya hilang. Sesekali masih datang. Tapi kini, ia tahu bahwa ia bisa melangkah tanpa takut. Ia melafalkan doa itu untuk pemuda itu.
Trauma itu telah menjadi bagian dari dirinya dengan kebiasaan barunya zikir dan doa, sehingga tidak lagi menjadi beban yang membelenggunya. Di balik zikir dan doa kini Aria lebih tegar.
Di dalam mobil, Aria tersenyum kecil, memandang tikungan itu sekali lagi dari kaca spion, sebelum akhirnya melaju ke depan, menuju awal yang baru sambil berzikir dan berdoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H