Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Icebreaker dan 5 Strategi Guru dalam Menciptakan Kelas yang Menyenangkan

14 November 2024   10:45 Diperbarui: 15 November 2024   06:42 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa saat berdiskusi | Foto Dokumentasi pribadi

Strategi Guru dalam Pembelajaran

Guru pasti tahu istilah strategi dong. Strategi adalah rencana atau serangkaian langkah yang dirancang oleh guru untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara yang efektif dan efisien dalam pembelajaran.

Strategi ini melibatkan pemikiran guru jangka panjang, perencanaan, dan penggunaan sumber daya yang tepat untuk mengatasi tantangan dan  mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam konteks pendidikan, strategi dapat berupa metode atau pendekatan yang diambil oleh guru tersebut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan membantu siswa memahami materi dengan mudah dan lebih baik.

Strategi Mengajar Penting

Pentingkah strategi mengajar bagi kita guru? Strategi mengajar sangatlah penting bagi kita guru karena strategi akan membantu guru menciptakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan beragam siswa di kelas.

Dengan strategi yang tepat, guru dapat menyesuaikan metode pengajaran untuk berbagai gaya belajar atas tiga sifat gaya belajar yang melekat pada diri siswa kita.

Ada siswa bergaya belajar kinestetik, audio, dan visual. Malah Gen Z memiliki kecendrungan dua gaya belajar. Kinestetik yang audio, visual yang kinestetik, dan audio yang visual. Karena itu mereka cendrung semaunya di kelas.

Strategi mengajar diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan mereka siswa, mengoptimalkan waktu pembelajaran,  dan pemanfaatan  sumber daya yang ada. Strategi memungkinkan guru untuk menghadapi tantangan di kelas dengan lebih baik.

Pun guru bisa memberikan penilaian yang tepat di samping guru mampu membangun hubungan positif dengan siswanya.  Nah, secara keseluruhan, strategi dalam mengajar membantu mencapai tujuan pendidikan dengan cara yang lebih efisien, bermakna, mendukung perkembangan siswa menjadi pembelajar yang mandiri, dan siap menghadapi masa depan mereka.

Persentase Kesuksesan Belajar Menurut Ahli Bila Memakai Strategi Pembelajaran

Persentase kontribusi strategi pembelajaran terhadap kesuksesan guru di kelas dalam mengajar diperkirakan bisa mencapai sekitar 40-50%.

Kesimpulan ini berdasarkan berbagai studi pendidikan seperti penelitian John Hattie dalam Visible Learning, yang menunjukkan bahwa kualitas pengajaran, termasuk strategi pembelajaran yang tepat, berdampak besar pada hasil belajar siswa dan lesuksesan guru.

Lembaga penelitian pendidikan, seperti RAND Corporation dan Institute of Education Sciences (IES) juga menegaskan bahwa penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan guru di kelas. Baik dalam meningkatkan pemahaman siswa maupun memperkuat kompetensi mengajar guru itu sendiri.

Icebreaker dan 5 Strategi Guru dalam Menciptakan Kelas yang Menyenangkan

Lalu apa sajakah strategi yang bisa guru terapkan dalam mencapai tujuan nan muluk di atas? Banyak sebetulnya. Tapi di sini kita bahas 6 saja. Icebreaker dan 5 lainnya.

1. Icebreaker Perkenalan Diri yang Ceria

Mulailah kelas dengan kegiatan icebreaker yang melibatkan semua siswa, seperti permainan atau aktivitas yang memungkinkan siswa saling mengenal dan merasa nyaman.

Berikut contoh permainan icebreaker sederhana untuk perkenalan nama siswa di kelas dengan cara menyenangkan:

"Nama dan Gerakan"

1. Guru mengumpulkan semua siswa dalam kelas. Guru berdiri di tengah. Semua murid berhadapan sambil melihat guru. Bisa melingkar bila kelas kecil.

Cara Bermain:

2. Guru mulai dengan menyebutkan nama mereka sambil membuat gerakan sederhana (misalnya, melambaikan tangan)."Hai Faris!"

3. Siswa berikutnya menyebutkan nama mereka dan meniru gerakan guru, lalu menambahkan gerakan baru sesuai pilihan mereka. Misalnya,"Hai Faris namaku Haziq!" (Mengeluarkan jempol)

4. Siswa ketiga mengulang nama dan gerakan siswa sebelumnya, menambahkan nama dan gerakan mereka sendiri. Begitu seterusnya hingga semua siswa mendapat giliran. Misalnya, "Hai Faris! Hai Haziq! Aku Farid! (Menggoyang kepala) karena Farid murid yang kaku.

Tujuan

5. Permainan ini bertujuan untuk membuat siswa mengingat nama teman-teman baru mereka sambil bersenang-senang dengan gerakan yang lucu atau unik, menciptakan suasana kelas yang lebih akrab dan ceria.

Ilustrasi Siswa saat berdiskusi | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi Siswa saat berdiskusi | Foto Dokumentasi pribadi

2. Memberikan Pujian atas Capaian Siswa

Strategi kedua, guru bisa memberikan pujian dan penghargaan. Berikan apresiasi kecil, seperti pujian verbal atau stiker, untuk setiap usaha dan pencapaian siswa. Penghargaan akan meningkatkan motivasi mereka.

Misalnya, setiap kali siswa menunjukkan usaha atau mencapai suatu kemajuan, guru bisa memberi apresiasi berupa pujian, seperti memberi stempel bertulisan good pada kertas kerja mereka, mengacungkan jempol kepada siswa, dan bertepuk tangan bersama sambil berucap, "Aplaus untuk kita semua!"

Tepuk tangan aplaus merupakan tepuk tangan yang dilakukan secara serentak untuk menunjukkan setuju, pujian, atau simpati. Tepuk tangan aplaus biasanya dilakukan dalam pertunjukan di panggung, kelas, atau di rapat.  

Penghargaan sederhana itu mampu meningkatkan motivasi siswa, membuat mereka merasa dihargai, dan mendorong mereka untuk terus berusaha lebih baik dalam belajar. Selalu ingin menjadi yang pertama.

Ilustrasi Guru Memberi pujian pada Proyek siswa | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi Guru Memberi pujian pada Proyek siswa | Foto Dokumentasi pribadi

3. Guru Menggunakan Alat Peraga dan Media Interaktif

Ketika mengajar gunakan gambar, video, atau permainan interaktif yang relevan dengan materi pelajaran hari itu untuk membantu siswa lebih memahami dan tertarik dengan pembelajaran kita.

Untuk materi kohesi dan koherensi misalnya, guru dapat menggunakan alat peraga seperti diagram alur atau peta konsep yang menampilkan hubungan antar kalimat dan paragraf dalam sebuah teks.

Guru bisa menunjukkan contoh paragraf yang sudah diatur dengan baik kohesi dan koherensinya, serta contoh yang tidak rapi. 

Guru meminta siswa untuk membedakan keduanya. Media interaktif seperti permainan "susun paragraf" juga bisa digunakan. Siswa harus menyusun kalimat-kalimat acak menjadi paragraf yang kohesif dan koheren. 

Video animasi tentang prinsip-prinsip kohesi dan koherensi dalam menulis juga dapat membantu memperjelas konsep dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami siswa.

Ilustrasi alat peraga guru dua teks beda | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi alat peraga guru dua teks beda | Foto Dokumentasi pribadi

4. Variasi dalam Metode Mengajar

Mari kita coba berbagai metode mengajar, seperti diskusi kelompok, pembelajaran berbasis proyek, atau simulasi. Variasi ini akan menjaga siswa tetap antusias dan aktif di kelas. Mereka takkan mengantuk.

Untuk mengajarkan kohesi dan koherensi melalui simulasi, guru dapat mencoba "Simulasi Penyunting Teks."

Dalam simulasi ini, siswa berperan sebagai editor yang ditugaskan untuk memperbaiki sebuah artikel yang kurang kohesif dan koheren. Guru membagikan teks acak yang kalimatnya kurang teratur atau ide-idenya melompat-lompat.

Tugas siswa adalah mengidentifikasi kalimat atau paragraf yang tidak tersusun dengan baik, kemudian menyusunnya kembali agar alur pemikiran menjadi logis. Setiap kalimat terhubung secara efektif.

Dengan cara ini, siswa belajar memperkuat keterkaitan ide dalam sebuah teks secara langsung dan memahami pentingnya kohesi dan koherensi dalam penulisan.

Ilustrasi Paragraf dalam gambar alat peraga | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi Paragraf dalam gambar alat peraga | Foto Dokumentasi pribadi

5. Berikan Waktu untuk Pertanyaan dan Diskusi

Pastikan siswa merasa didengar dengan menyediakan waktu khusus untuk bertanya atau diskusi. Ini dapat meningkatkan rasa keterlibatan mereka.

Penerapan waktu khusus untuk bertanya atau diskusi bisa lho membuat siswa merasa didengar oleh guru. Apalagi murid kita sekarang cendrung manja. Sesi tanya jawab di akhir pelajaran dengan guru menyediakan 10–15 menit khusus untuk siswa yang ingin bertanya atau mengklarifikasi pemahaman mereka.

Misalnya, di akhir kelas, guru berkata, “Baik, sebelum kita akhiri pelajaran, ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan tentang materi hari ini dengan Ibu Guru?”

Hal ini memberi ruang bagi siswa yang mungkin belum memahami materi secara penuh.

Ilustrasi siswa menunggu pertanyaan dari teman sebaya saat diskusi-campur rasa | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi siswa menunggu pertanyaan dari teman sebaya saat diskusi-campur rasa | Foto Dokumentasi pribadi

6. Jadwal Konsultasi Mingguan

Guru dapat menentukan waktu tertentu dalam seminggu, misalnya setiap Sabtu malam secara online atau Sabtu siang secara ofline sesuaikan dengan keadaan sekolah kita. Kebetulan sekolah kami masih tetap full 6 hari kerja.

Setiap Sabtu siang dari pukul 13.00-15.00 dijadwalkan untuk remedial dan pengayaan. Setelah jam pelajaran selesai dan shalat. Nah bisa juga dijadikan sebagai waktu konsultasi. 

Di sini, siswa bisa datang dan mendiskusikan masalah akademik atau bahkan masalah non-akademik yang mereka butuhkan. Dengan cara ini, mereka merasa diperhatikan dan dihargai bagi siswa asrama misalnya.

Untuk siswa luar asrama disediakan Forum Diskusi Kelas Online Guru (Daring Jurnalistik) berupa membuat grup diskusi online di WhatsApp atau platform pembelajaran, dan siswa bebas bertanya di luar jam sekolah. 

Guru bisa memantau dan merespon siswa secara berkala sehingga siswa yang lebih suka bertanya secara tertulis tetap merasa didengar. Begitu juga siswa yang lebih suka online bisa "Secara live" bertanya jawab dengan gurunya. Artinya secara langsung, atau dilakukan atau disiarkan secara langsung di group atau jalur pribadi (japri)

Ilustrasi screenshoot group diskusi online siswa | Foto Dokumentasi pribadi
Ilustrasi screenshoot group diskusi online siswa | Foto Dokumentasi pribadi

Demikian strategi pembelajaran yang bisa kita coba. Dengan cara-cara tersebut, guru tidak hanya mendengarkan pertanyaan siswa, tetapi juga menunjukkan bahwa pendapat dan pemahaman mereka dihargai. Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Merekapun dapat menyalurkan hobi menulis di forum tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun