Untuk mengajarkan kohesi dan koherensi melalui simulasi, guru dapat mencoba "Simulasi Penyunting Teks."
Dalam simulasi ini, siswa berperan sebagai editor yang ditugaskan untuk memperbaiki sebuah artikel yang kurang kohesif dan koheren. Guru membagikan teks acak yang kalimatnya kurang teratur atau ide-idenya melompat-lompat.
Tugas siswa adalah mengidentifikasi kalimat atau paragraf yang tidak tersusun dengan baik, kemudian menyusunnya kembali agar alur pemikiran menjadi logis. Setiap kalimat terhubung secara efektif.
Dengan cara ini, siswa belajar memperkuat keterkaitan ide dalam sebuah teks secara langsung dan memahami pentingnya kohesi dan koherensi dalam penulisan.
5. Berikan Waktu untuk Pertanyaan dan Diskusi
Pastikan siswa merasa didengar dengan menyediakan waktu khusus untuk bertanya atau diskusi. Ini dapat meningkatkan rasa keterlibatan mereka.
Penerapan waktu khusus untuk bertanya atau diskusi bisa lho membuat siswa merasa didengar oleh guru. Apalagi murid kita sekarang cendrung manja. Sesi tanya jawab di akhir pelajaran dengan guru menyediakan 10–15 menit khusus untuk siswa yang ingin bertanya atau mengklarifikasi pemahaman mereka.
Misalnya, di akhir kelas, guru berkata, “Baik, sebelum kita akhiri pelajaran, ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan tentang materi hari ini dengan Ibu Guru?”
Hal ini memberi ruang bagi siswa yang mungkin belum memahami materi secara penuh.