Pada akhirnya, baik guru maupun murid bisa menjadi humoris asal sesuai dengan situasi dan tetap pada batasannya. Humor seharusnya menjadi alat untuk mendekatkan, bukan untuk mengalihkan.
Kelas yang ideal tempat guru dan murid dapat tertawa bersama sambil tetap berfokus pada tujuan pendidikan.
Jadi, siapa yang harus humoris? Jawabannya adalah: keduanya. Dengan kolaborasi dan saling menghormati, guru dan murid bisa menciptakan lingkungan yang tidak hanya produktif tetapi juga penuh kebahagiaan.Â
Bukankah suasana belajar yang menyenangkan lebih efektif daripada yang penuh ketegangan?
Ketika Guru Bertemu dengan Murid "Unik" Gen Z
Menjadi seorang guru tentu profesi yang penuh tantangan. Selain tugas utama mengajar, guru juga harus menghadapi "tantangan harian" berupa murid-murid yang kadang-kadang... sangat kreatif. Bukan kreatif dalam hal membuat puisi atau menggambar, tetapi lebih kepada ide-ide tak terduga yang bisa membuat kita tertawa, geleng-geleng kepala, atau bahkan meremajakan otot-otot wajah karena terlalu sering tersenyum atau tertawa.
Aku pernah bertanya pada salah satu murid Gen Z-ku. "Bul. Ibu Guru penasaranlah sama Ayahmu. Humoris kayak kamu juga kali!"
"Nggak usah deh Bu Guru. Ntar Bu Guru naksir Ayahku!" Geeeerrrrrr... semua murid ketawa lagi akibat ulah Bibul. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Unik.
Berikut beberapa cerita lucu yang mereka mainkan di kelas, mungkin terdengar familiar bagi sesama kita guru:
1. Menghitung dengan Kreativitas
Di kelas matematika, Bu Guru bertanya, "Ani, kalau kamu punya 5 apel dan aku beri 3 apel lagi, berapa jumlah apel yang kamu punya?"