Baik guru maupun murid sering mengalami stres di sekolah. Apalagi belajar menulis. Dengan humor, mereka bisa merasa lebih rileks dan mengurangi ketegangan. Dalam situasi menulis, contohnya, guyonan kecil dari guru bisa meredakan kecemasan para murid.
Ketiga, Membangun Hubungan Lebih AkrabÂ
Humor bisa menjadi jembatan yang menghubungkan guru dan murid. Ketika keduanya bisa saling bercanda tanpa rasa takut atau malu, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Hal ini penting dalam membentuk iklim kelas yang positif.
4. Humor dengan Batasan: Tugas Guru sebagai Pengendali
Meskipun humor dianjurkan, guru tetap harus mengarahkan humor agar tetap sesuai dan tidak mengganggu proses pembelajaran. Sebagai pengendali suasana kelas, guru harus peka untuk memahami kapan humor perlu dihentikan agar suasana tetap kondusif.
Misalnya, jika humor mulai menjurus ke arah yang mengganggu atau bahkan mengarah pada lelucon yang tidak pantas, bersifat bully maka tugas guru menjaga agar humor tetap pada batasan yang sehat. Murid juga perlu memahami bahwa ada waktu untuk bercanda dan ada waktu untuk fokus belajar.
5. Menemukan Keseimbangan antara Humor dan Pembelajaran
Pada akhirnya, baik guru maupun murid perlu menemukan keseimbangan. Guru yang terlalu serius mungkin membuat kelas terasa menegangkan, sementara murid yang humoris tapi berlebihan bisa membuat suasana kelas tidak fokus.
Humor harus menjadi pelengkap, bukan pengganti dari fokus belajar itu sendiri.
Seorang guru yang bijak akan tahu kapan harus serius dan kapan harus santai. Di sisi lain, murid yang baik akan peka untuk tahu kapan waktu yang tepat untuk bercanda. Dengan keseimbangan ini, kelas bisa menjadi tempat yang efektif untuk belajar sekaligus menyenangkan untuk dihadiri.
Kesimpulan