Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Qurban dan Masjid Bersejarah Cut Meutia di DKI

21 Juni 2023   00:10 Diperbarui: 21 Juni 2023   00:23 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi kami sekeluarga menuju Jakarta. Tepatnya mengunjungi si sulung di Depok. Sekalian jalan-jalan menikmati cuti dan mengikuti acara suami di Palembang, masjid Agung  dan di Jakarta, masjid Cut Meutia.

Ternyata masjid itu keduanya merupakan masjid bersejarah yang tercatat di sejarah kita. Masjid Cut Meutia sebagai salah satu masjid yang terletak di Jalan Cut Meutia Nomor 1, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia.

Bangunan masjid adalah salah satu peninggalan sejarah dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Memiliki keunikan sendiri dan tak terdapat di masjid-masjid lainnya. Apa saja keunikannya? Salah satu keunikan yang saya lihat, mihrab masjid diletakkan di samping kiri dari saf salat, bukan di tengah masjid seperti lazimnya masjid.

Selain letak mihrab, posisi saf juga  diatur miring miring terhadap bangunan masjidnya sendiri karena bangunan masjid tidak tepat mengarah kiblat sesuai tuntunan.

Saf diatur miring mulai dari saf wanita, tengah, dan saf kanan laki-laki. Dokpri
Saf diatur miring mulai dari saf wanita, tengah, dan saf kanan laki-laki. Dokpri

Jadi ruang masjid dibagi 3. Saf kiri wanita, tengah, dan saf kanan laki-laki. Saat menulis ini saya dan si bungsu di saf kiri, saf tengah sedang menyampaikan ceramah, dan si tengah dan si sulung shalat di saf kanan. Sejumlah jamaah melaksanakan shalat maghrib secara berjamaah.

Konon, bangunan ini difungsikan sebagai kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang (1942 - 1945). Ketika Indonesia merdeka, gedung ini pernah dipergunakan sebagai kantor Urusan Perumahan, Kantor Urusan Agama (1964 - 1970).

Hingga pada zaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin barulah bangunan diresmikan sebagai masjid tingkat provinsi dengan surat keputusan nomor SK 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987.

Awal diresmikan, masjid ini bernama Yayasan Masjid Al-Jihad. Kala itu didirikan oleh eksponen '66 seperti Akbar Tanjung dan Fahmi Idris. Pada kurun waktu orde lama, gedung ini juga pernah dijadikan gedung sekretariat MPRS.

Nama Bouwploeg sendiri kini masih tersisa dalam ingatan sebagai nama Pasar Boplo di barat stasiun kereta api Gondangdia. Masjid ini memang berada di dekat stasiun kereta api Gondangdia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun