Bila banyak di antara generasi kita pengikut Childfree adakah dampaknya bagi sekolah, profesi guru, dan dosen? Terinspirasi dari tulisan Pak Irwan Rinaldi Sikumbang "Jika Banyak Pengikut Childfree, Bisnis Apa Saja yang Hancur? Akankah Sekolah, Profesi Guru, dan Dosen juga hancur?
Ya, tentu demikian pula sekolah-sekolah bila fenomena pasangan suami istri (pasutri) beraliran childfree banyak  yang diikuti oleh ibu-ibu muda dan pasangan muda lain akan berdampak besar bagi jumlah murid di SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Krisis peserta didik akan melanda negeri ini pula 10-20 tahun mendatang. Bila murid, siswa, dan mahasiswa tak ada atau tak mencukupi kuota tentulah pemerintah menutup sekolah. Akibatnya pemerintah mengambil kebijakan PHK-kah atau mungkin pensiun dini.
Tiba-tiba saya teringat Sekolah Dasar Muhammadiyah di Novel Andrea Hirata. Kurang kuota siswa di kelas itu. Akankah kejadian yang sama akan menyapa guru dan dosen di masa depan. Bila aliran childfree banyak tentu kekhawatiran kita itu akan terjadi.
Chilfree bukan pilihan sehat. Ajakan dan statemen ini akan berdampak luas bagi kehidupan generasi ke depan. Memang plihan ini hak peto pasutri. Namun pemerintah sekarang perlu menjadikan ini Pekerjaan Rumah tak ingin terjadi resesi generasi di masa datang.
Mengapa childfree bukan pilihan sehat pasutri?
Pertama, childfree mengakibatkan pertumbuhan penduduk minus.
Pertumbuhan penduduk bila minus berdampak buruk bagi ketersediaan murid di seolah. Kalau semua orang bersemangat childfree maka terjadi resesi reproduksi dan resesi anak. Akbatnya murid di sekolah minus pula.
Kedua, childfree dapat meningkatkan risiko kesehatan yang tidak baik bagi perempuan
Sejatinya rahim wanita itu berproduksi secara kodratnya. Sel telur perlu dibuahi. Inilah bakal calon bayi. Bila sel itu tak dibuahi sesuai kodratnya, maka si istri atau perempuan bisa tefkena mioma (miom). Mioma dialami perempuan yang tak melahirkan atau punya anak sedikit.