Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bantuan Gempa ke Cianjur Serabutan dan Tak Merata, Ini Tips Pendistribusiannya

3 Desember 2022   16:26 Diperbarui: 3 Desember 2022   16:35 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan akibat gempa di Cianjur: antara.news

Data BNPB terakhir menunjukkan 318 orang meninggal dunia, 7.729 orang mengalami luka, dan 14 orang yang masih belum ditemukan jasadnya pada gempa di Cianjur.

Guncangan magnitudo 5,6 ini memporak porandakan 58.049 rumah warga di 16 kecamatan. Setengahnya mengalami rusak berat termasuk menimpa 368 bangunan sekolah, 144 sarana ibadah, 14 fasilitas kesehatan, dan 16 gedung perkantoran.

Total kerugian material ditaksir mencapai Rp 1,6 triliun. Hingga hari ini, upaya pemulihan terus dilaksanakan. Jumlah korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang tinggi mengindikasikan kebutuhan alokasi anggaran yang besar.

Sekaitan dengan itu, bantuan yang datang ke Cianjur disinyalir dilakukan secara serabutan langsung ke posko-posko pengungsian. Masyarakat antusias membantu secara langsung tanpa birokrasi karena mereka ingin menyaksikan langsung kondisi Cianjur.

Akibatnya, distribusi logistik untuk korban gempa Cianjur tak merata dan menyebabkan kemacetan di mana-mana.

Penyaluran bantuan seharusnya terkoordinasi melalui posko utama di Pemda Cianjur. Penyaluran bantuan yang dilakukan secara langsung memang cukup membantu, tapi hasilnya tidak merata. Tak semua korban mendapat bantuan.

Lebih ekstrim lagi, akibat situasi ini muncullah informasi hoaks yang menyebutkan bantuan tidak sampai atau bantuan tidak merata, padahal yang terjadi adalah bantuan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga menumpuk di satu lokasi saja.

Para pembawa bantuanpun datang berbondong-bondong ke lokasi bencana. Aktivitas ini menyebabkan terjadi kemacetan di mana-mana. Terutama pada hari Sabtu dan Minggu.

Kemacetan itu menyebabkan proses evakuasi korban dan pendistribusian logistik dari posko utama terhambat karena saudara-saudara kita ingin melihat dan  memberi bantuan langsung.

Nah, bagaimana seharusnya cara kita berempati dan menyampaikan simpati kepada Saudara kita yang mendapat musibah itu? Yuk kita simak tips berikut.

Pertama,  penyaluran bantuan dilakukan secara terkoordinasi melalui posko utama agar pendistribusian merata dan untuk menjaga hal-hal negatif yang terjadi di lapangan. 

Pendistribusian bantuan akan terkawal sehingga tak akan ada lagi kejadian pembawa bantuan ditolak warga. Ini juga meminimalisir berita hoaks.

Kedua, salurkan bantuan dengan berfokus di wilayah tertentu. Misalnya di wilayah Kampung Tegallega RT 02 dan RW 03 yang diserahkan secara langsung kepada Ketua RT Dadang sebagai perwakilan penerima manfaat.

Selanjutnya, bantuan tersebut akan didistribusikan kepada 242 kepala keluarga atau sekitar 910 warga yang terdampak. Beri kepercayaan kepada ketua RT untuk menyalurkan kepada warganya.

Ketiga, berkoordinasilah dengan penjabat setempat untuk  memberikan bantuan kepada korban bencana gempa bumi dan juga relawan yang berasal dari perwakilan organisasi mahasiswa di bawah koordinasi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, misalnya Alumni UNJ yang ada di sana.

Keempat, bagi masyarakat, organisasi, swasta, dan pihak donatur lainnya yang berniat membantu warga terdampak bencana sebaiknya menyalurkan bantuan lewat satu pintu, yakni melalui posko utama yang berada di Pendopo Bupati.

Pendistribusian logistik terganggu, proses pencarian, dan pertolongan korban jiwa juga terganggu jika bergerak sendiri-sendiri karena cuaca juga hujan di sini. Maka diharapkan pemberian bantuan mengikuti mekanisme atau skema seperti ini agar pendistribusian bantuan berjalan tertib dan tepat sasaran.

Kelima, pihak kecamatan mengajukan kebutuhan masing-masing wilayah, kebutuhan logistikpun didistibusikan ke kantor-kantor kecamatan menggunakan armada yang disiapkan instansi-instansi terkait seperti Dishub, TNI/Polri, dan BPBD.

Para kades dibantu Babinsa dan Bhabinkamtibmas segera mendistribusikan ke titik-titik pengungsian sesuai permintaan wilayah sehingga tidak ada lagi laporan satu sisi dapat logistik berlebihan, di sisi lain tidak dapat sama sekali.

Keenam, bantuan berupa sembako, selimut, karpet, susu, biskuit, popok anak dan kebutuhan hidup balita lainnya diutamakan saat bencana. Benda lain seperti lampu senter dan baterai cadangan, perlengkapan PPPK dan panduannya, makanan siap saji dan minuman (perhatikan masa berlakunya), dan uang secukupnya.

Ketujuh, merelokasi sementara bagi yang kehilangan tempat tinggal atau yang tidak memungkinkan tinggal di rumahnya. Mereka perlu diberi tempat tinggal sementara yang layak. Relokasi sebaiknya yang mudah terjangkau tim logistik.

Kedelapan, mereka juga kadang butuh tenda darurat, peralatan masak, genset listrik, lampu darurat, alat-alat berat untuk evakuasi korban, pompa air darurat, peralatan medis, selimut, peralatan makan minum, dan lain sebagainya.

Kesembilan, berikutnya mereka butuh bantuan perbaikan fisik atas segala kerusakan aset pribadi (rumah) dan fasilitas umum (jalan, jembatan, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran air, dll. Meski rumah darurat saja. Sebab terlalu lama di pengungsian tentulah tak sehat.

Kesepuluh, mereka juga membutuhkan bantuan bimbingan konseling, rohani, dan moral karena bencana bisa menyebabkan orang menjadi stres hingga depresi, dan juga gila. Terutama mereka yang ditinggal mati suami atau istri, dan anak.

Kesebelas, untuk menyalurkan bantuan agar jangan terlalu lama oleh birokrasi harus ada pula bantuan transportasi (darat, laut, udara). Menyalurkan bantuan untuk korban bencana, memindahkan korban bencana dari satu tempat ke tempat lain harus cepat.

Bantuan tim penolong dan relawan untuk menyelamatkan korban bencana yang masih terperangkap dalam reruntuhan, bantuan tim medis untuk menjaga kesehatan korban bencana juga tidak boleh dilupakan.

Bantuan pengamanan dari kepolisian hingga militer untuk mengamankan aset-aset korban bencana dan pemerintah apalagi. Terakhir diperlukan nanti adanya bantuan modal atau pekerjaan agar mereka Saudara kita di Cianjur  bisa memulai hidup pasca bencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun