Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Transaksi Digital Menuju Pulih Bersama dengan Digitalisasi

17 November 2022   09:56 Diperbarui: 18 November 2022   06:09 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alat transaksi digital: kompas.com

OPTIMIS PULIH LEBIH KUAT DENGAN TRANSAKSI DIGITAL?

Jika pertanyaan itu diajukan kepada kita, apa jawaban Anda dan saya? Saya pasti jawab ya. Mengapa? Karena dua tahun lalu, meninggalkan banyak kenangan. Kenangan akan transaksi digital selama Covid-19. 

Betul. Kenangan itu sulit untuk dilupakan. Pada situasi itu digitalisasi sangat membantu. Misalnya, ketika harus membayar tagihan listrik dan air. Pergi ke kantor pos dan PDAM bukanlah pilihan. 

Sayapun mau tak mau membayar tagihan dengan mobile banking. Covid-19 yang menakutkan, melumpuhkan, menyebabkan terjadi banyak perubahan transaksi pembayaran. Dari kebiasaan kes dalam berbayar tagihan menjadi digital atau non tunai.

Ilustrasi transaksi digital. Mobile : okezone.com
Ilustrasi transaksi digital. Mobile : okezone.com

Kondisi yang digambarkan dua tahun belakangan itu, tentu tak pernah terpikirkan oleh kita. Ia tiba-tiba datang menghampiri dan membuat semua berubah, terutama sistem keuangan dan metode pembayaran maupun belanja.

Semua aktivitas yang dilakukan di luar rumah terhenti kala itu karena takut terpapar penyakit menular apabila beraktivitas di luar rumah apalagi berkerumun. Di loket pembayaran listrik dan air PDAM, otomatis tercipta kerumunan.

Sejak itu, berdiam diri di rumah lebih dipilih. Apalagi peraturan digulirkan oleh pemerintah pula untuk membatasi kegiatan masyarakat demi memutus mata rantai penyebaran wabah.

Ketika itu, satu demi satu tetangga terjangkit. Hidung mati rasa, tenggorokan sakit, mata panas, dan tubuh meriang seperti terserang malaria. Membantu mereka hanya dengan menggantungkan makanan di pintu pagar lalu diteriaki, Randi! Ante naruh sambal di pagar."

Sebagian masyarakat yang bekerja di luar rumah untuk sumber penghasilan utama mereka harus terhenti pula. Banyak yang bingung bagaimana mencari uang agar dapat mempertahankan hidup keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun