"Assalamu alaikum Wr.Wb. Jihan. Pa kabar sayang? Mom dapat aduan dari Ara kalau Jihan minta traktir sama Ara. Uang jajan Ara cuma Rp 10.000 sehari sayang. Itu cuma cukup beli dua jenis jajanan. Ara jadi malas sekolah. Entar ditanya Bu Rika (walas) atau Kepala sekolah, kok malas ke sekolah, gawat nak. Ketahuan dong gara-gara Jihan. Oke. ya, Jihan."
Ttd
Mom Ara
Saya pun melipat surat itu, berpesan, "Ini surat sakti. Adek pegang saja. Jika Jihan minta duit lagi, adek kasih surat mom sama dia. Tapi kalau Jihan tak minta uang, simpan aja di tas. Kapan ia minta uang lagi, barulah adek kasihkan. Oke?"
Saya mempercayai ceritanya dulu. Entar pulang sekolah akan terbukti cerita teman toxicnya benar apa tidak.Â
Biasanya anak SD masih polos, Mom. Belum bisa merekayasa cerita. Apalagi jika kita berperan selaku sahabat yang sudah ia percayai untuk curhat.
Pulang sekolah, ia tersenyum. Saya pura-pura lupa kisah surat. Saya pun balas senyumnya. Lalu menyerahkan barang yang menggantung di motor kepadanya.
Ia sudah duluan dijemput dad-nya dari sekolah. Sejak ada peraturan guru harus full time di sekolah, dad-nya mengambil alih antar jemput. Ia sebetulnya kecewa karena tertunda bercerita dengan saya.
Ia pulang sekolah pukul 15.00, sedang saya pukul 16.00. Ia keberatan menunggu lama. Kami pun sempat trauma, ketika pulang cepat, saya belum jemput ke sekolahnya.
Eh guru berinisiatif menitipnya kepada guru cowok untuk pulang. Sejak itu dad cemas dan mengambil alih antar jemput.
"Dek, udah ashar belum?"