Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Z, Disiapkan Menuju Generasi Kuat atau Lemah?

18 Oktober 2022   09:45 Diperbarui: 18 Oktober 2022   09:53 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnal JAMA Pediatrics melaporkan bahwa 1 dari 7 orang dewasa muda dan anak-anak saat ini memiliki krisis kondisi kesehatan mental. Faktor apakah yang menyebabkan mengapa krisis kesehatan mental meningkat di generasi Z.

Pola asuh orang tua

Majalah Forbes, seorang psikolog sosial dan Profesor Kepemimpinan Etis di Stern School of Business Universitas New York Jonathan Haidt mengatakan, pola asuh orang tua menjadi faktor utama mengapa generasi Z kerap mengalami krisis kesehatan mental.

Pola asuh orang tua yang terlalu protektif. Keselamatan anak sangat dikhawatirkan. Seperti di Amerika misalnya, orang tua semakin lebih protektif kepada keselamatan anaknya sepanjang 1990-an.

Begitupun kita di Indonesia, perilaku baby boomers dan milenial, memburu kerja dan lupa anak. Pada tahun tersebut, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi yang sangat berdampak pada pola asuh orang tua.

Media Sosial

Perkembangan media sosial juga turut andil dalam peningkatan krisis kesehatan mental pada generasi Z. Haidt mengatakan, penggunaan media sosial memiliki beberapa hubungan dengan depresi dan kecemasan, terutama untuk anak perempuan.

Pola asuh tanpa pendidikan mental health dan sikap protektif orang tua ditambah perkembangan media sosial yang tak terkontrol menyebabkan mereka harus berdiri sendiri memilah-milah informasi. Mereka berorang tua ke media. Tak bisa berdiskusi dengan orang tua yang sibuk.

BBC menunjukkan bahwa generasi muda saat ini memang memiliki sifat-sifat yang dianggap oleh generasi sebelumnya sebagai tanda kelemahan. Tanpa mereka sadari bahwa merekalah yang mencetak demikian.

Para ahli sudah percaya dan memprediksi bahwa generasi yang lebih tua cenderung akan memandang generasi berikutnya dengan standar yang lama. Hal ini sudah menjadi seperti norma tanpa koreksi.

Hal senada pun dikemukakan Peter O'Connor, profesor manajemen di Queensland Institute of Technology, Australia, mengatakan, bahwa memandang rendah generasi yang datang merupakan sifat manusia yang sulit diubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun