Indonesia didominasi generasi milenial, generasi Z, dan diwarnai generasi Alpha. Anak saya di atas, lahir 2005. Generasi ini menjadi peluang dan tantangan bagi kita dalam mempersiapkan generasi emas di 2030 -2045.
Jika generasi milenial selaku orang tua dominan generasi Z dan Alpha, tak serius mengasuh, mendidik, dan mempersiapkan mereka maka pendapat akan generasi Z lemah, tentu akan terwujud.
Lemah iman atau agama, lemah karakter pancasila, lemah ilmu atau pendidikan, dan lemah skill atau keterampilan hidup. Tetapi, jika generasi milenial open, belajar, dan tak egois seperti generasi orang tuanya (generasi baby boomers), memburu kerja dan lupa anak, maka generasi Z dan Alpha akan selamat meniti hidup mereka dan sukses di era bonus demografi ini.
Generasi milenial selaku orang tua harus bijak dan dewasa menghadapi mereka. Harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan perhatian kepada anak generasi Z. Artinya, pekerjaan Anda selaku Ibu ekstra double saat ini. Urus karier ya, urus suami ya, dan urus anak.
Karakteristik generasi Z, Â kerap dinilai dan dianggap lebih lemah dari generasi sebelumnya, terutama di tempat kerja. Sebab, generasi Z terbiasa di posisi aman di rumah karena adanya pola didikan 'laissez-faire' yang dalam frasa Jerman berarti biarkan terjadi dan secara harfiah biarkan berbuat atau biarkan sesuka hati.Â
Video di media sosial memperlihatkan karakteristik generasi Z ketika berhadapan dengan masalah di dunia kerja. Responnya juga lassez-faire. Cueks dan tak acuh, sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Di Twitter juga sempat menyinggung soal generasi X yang menganggap bahwa anak muda sekarang cenderung lebih cengeng dan mudah kalah.
Seperti anak saya di atas, apatis akan keluar dari asrama. Ketika saya mengomentarinya, saya pun mengatakan bahwa mama siap dengan semua kemungkinan yang terjadi. Jangan takut dan apatis. Apa pun keputusan Allah berarti terbaik buatmu dan mama. Kita lihat ke depan, semoga kamu bisa berubah dan jika memang takdir tak berubah, berarti 'back home' terbaik, mama siap.Â
Saya mengupayakan 'mental health' atau kesehatan mental untuknya. Siapa lagi yang akan memberikan pendidikan mental health kepadanya jika bukan saya ibunya. Kondisi batin berada dalam keadaan tentram dan tenang harus saya berikan kepadanya agar memungkinkan ia menikmati kehidupannya sehari-hari dan tetap menghargai guru-guru dan ustadz di sekitarnya.
Saya berusaha untuk tak protektif atau melindunginginya. Sikap posesif tak sehat untuk mentalnya ke depan. Saya tetap ingin menghargainya dan ustadz-ustadznya. Saya pun menyelipkan takdir Allah sebagai pembelajaran agama untuknya. Bahwa yang memutuskan A, B, dan C-nya hidup adalah sang pencipta manusia.
Berdasarkan lansir Investopedia, generasi Z adalah seseorang yang lahir kisaran tahun 1997-2012 atau saat ini berusia 12-25 tahun. Lalu, ada apa dengan generasi Z sehingga muncul anggapan lebih lemah dari generasi sebelum baby boomers dan milenial?
Generasi Z itu anak muda yang saat ini memasuki dunia kerja mengalami peningkatan krisis kesehatan mental karena kurang pendidikan mental health dari dini, mereka mudah depresi, cemas, melukai diri sendiri (self-injury), dan bunuh diri.