Masih segar dalam ingatan saya. Meski tahun sudah lupa. Namun, bila saya kulik lebih dalam pasti tahun kejadian ini ketemu. Untuk apalah tahun bagi pembaca. Tentu kronologis kejadian ini yang paling penting bagi pembaca kompasiana sekalian.
Masih masalah jiwa dan mental. Anakpun butuh diawasi jiwa dan mentalnya. Terutama berusia jolong remaja dan remaja. Usia 10-19 tahun. Usia ini perlu pendampingan orang tua hingga mereka tak merasa kesepian. Sebab, jika mereka kesepian akan muncullah syetan merayu.
Mereka akan melampiaskan kesepiannya dalam bentuk lain. Lumayan hanya bermain game, kongkow dengan circle-nya, tapi sepi bisa memicu mereka merokok, balapan liar, onani atau masturbasi, dan parah lagi bunuh diri dengan menyayat urat nadi di pergelangan tangannya.
Bahkan kini ada trend ABG (Anak Baru Gede) melukai sekujur tubuhnya dengan silet lalu menggunakan darah keluar untuk menulis di diary mereka. Kebiasaan itu mereka dapat dari drama yang mereka tonton.
Self-injury itulah nama penyakit jiwanya. Self-injury adalah perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan secara sengaja. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk gangguan perilaku yang berkaitan dengan sejumlah penyakit kejiwaan. Waspadalah.
Demikian juga yang saya temukan pada murid di sekolah. Sebetulnya saya tak mengenalnya. Kebetulan tak mengajar di kelasnya. Saya mengajar kelas 9. 5 kelas dari 10 kelas. Sedang gadis imut ini kelas 8.
"Kenapa di luar, Diva?" Tanya teman piket kala itu.
Saya pun mengalihkan pandangan pada gadis bernama Diva. Gadis berseragam sekolah. Ia menunduk. Nampak gurat sedih di wajahnya.
"Terlambat, Bu." Jawabnya sopan.
"Sini. Isi kartu terlambat ini, ya!" Terang saya.