Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalur Mandiri Rawan Korupsi tapi Masyarakat Butuh

25 Agustus 2022   10:52 Diperbarui: 25 Agustus 2022   10:56 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, memang disampaikan orang tua cendrung ada perbedaan. Baik perbedaan jumlah tagihan juga perbedaan pelayanan di kelas.

Mendikbud selaku pihak paling kompetitif perlu mengevaluasi prosedur seleksi pada universitas melalui jalur mandiri ini. Penghapusan jalur mandiri bukanlah pilihan bijak di tengah senjangnya tingkat perekonomian calon mahasiswa.

Masyarakat masih butuh subsidi silang yang strategis lewat jalur ini. Masyarakat ingin orang tua tak merasa dirugikan dengan kolusi terselubung atau masyarakat ingin diuntungkan dengan adanya jalur penerimaan mahasiswa lewat jalur mandiri ini. Masyarakat butuh jalur dan mampu bayar bisa bersedekah. Masyarakat kurang mampu terbantu. Take and give ini saling menguntungkan sesuai amanat UUD  1945.

Bagi orangtua dan calon mahasiswa ingin sekali memasukan anaknya ke perguruan tinggi favorit. Untuk ini mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit lewat jalur mandiri.

Perbedaan dari segi biaya jalur Reguler dan Mandiri memang menyolok. Mulai dari uang pendaftaran, uang kuliah, dan uang pangkal serta pungutan lainnya sesuai kebijakan Perguruan Tinggi.

Jadi, solusi/perbaikan bagi masalah ini bukanlah pilihan dengan penghapusan seperti penulis sebut di atas. Namun, keterbukaan audit uang masuk dan uang keluarlah yang perlu dilakukan. Pada awalnya pencetusan jalur mandiri memang untuk take and give bukan untuk memperkaya seseorang yang berjabatan tinggi di Perguruan Tinggi.

Begitu sesak nafasnya kami guru dan pihak sekolah akibat tak boleh memungut biaya dari orang tua siswa meski atas nama ekstrakurikuler. Akibat Undang-Undang sekolah gratis dan dana bos yang tak memadai. Jika hal ini diterapkan pula di Perguruan Tinggi di tengah harga-harga yang melangit tentu kita khawatir akan kualitas Perguruan Tinggi.

Meskipun isu kualitas dan mutu berusaha dinafikan menteri pendidikan saat ini melalui sistem zonasi dan kurikulum merdekanya, namun pasar dan dunia kerja tetap menuntut kualitas dan mutu. Diam-diam pun sebagian masyarakat kita tetap mendukung sekolah unggul dan perguruan tinggi unggul atau favorit.

Lulusannya memang cepat mendapat kerja. Jadi janganlah karena satu oknum rektor Unila dan oknum lain kita gegabah menghapus jalur mandiri. Promosi pemerataan dan sekolah gratis butuh tangan-tangan dermawan untuk kualitas dan favorit perguruan tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun