Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ada yang Mengherankanku

22 Agustus 2022   20:47 Diperbarui: 22 Agustus 2022   20:52 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang mengherankanku di setiap jelang pemilu Bapak muncul sebagai sosok penguat pemilu namun lenyap setelah pemilu selesai mengapa demikian?

Ada yang mengherankanku di setiap jelang pemilu Bapak menerima mereka yang katanya untuk membakar semangat kader Bapak , mengapa jelang pemilu.

Ada pesan Bapak agar kadermu selalu berpihak pada rakyat yang hanya Bapak bakar semangatnya ketika jelang pemilu saja Bapak bakar dan mengapa hilang usai pemilu?

Ada pesan Bapak untuk loyal dan bekerja keras untuk membesarkan partai demi memperjuangkan kepentingan rakyat tetapi mengapa restorasi partai dan kader Bapak hanya ada jelang pemilu?

Ada yang mengherankanku mengapa figur dinamis Bapak, power kuat Bapak, dan kharismatik Bapak hanya membayangi  calon presiden jelang pemilu?

Setelah calon yang Bapak golkan tersenyum tak pernah Bapak evaluasi apakah mereka berpihak kepada rakyat yang menjerit atas naiknya BBM, ojol, dan sembako atau keherananku ini benar bahwa Bapak hanya sebatas penggol?

Siapa yang bisa memberi jawaban atas keheranan ini di setiap jelang pemilu Bapak menatap calon Bapak dengan simpati yang tak terlihat kepada calon yang lain?

Baca juga: Istri yang Sabar

Inilah jawaban koalisi yang membuatku heran akan kehadiran Bapak di jelang pemilu dan hilang sesudah pemilu dan jangan marah bila aku menulis keheranan ini karena memang aku heran dan mencari Bapak usai pemilu.

Ya aku memang heran mengapa ketika tabuh demokrasi dan pesta rakyat bernama pemilu Bapak hadir dan lalu pergi meninggalkan pesta tanpa menatap dan memesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun