Kesepakatan ini tak pernah memicu pertikaian karena sejatinya pihak lelaki telah faham akan adat istiadat mereka. Meskipun harus membayar uang mosok ratusan juta tambah mahar emas sekian gram bagi pihak lelaki tak masalah karena kebiasaan ini sudah berlaku universal di sana. Turun temurun.
Sebelum melamar biasanya si lelaki sudah menyebar mata-mata. Proses ini namanya 'Proses Manjalahi Boru'. ( Proses Mencari Pengantin Wanita. Si lelaki akan bertanya kepada warga setempat dengan berpura-pura belanja di warung.Â
Kepada pemilik warung ia akan menanyakan, " Ada tak ya cewek yang bisa diboyong ke Jakarta?"
Si pemilik warung pun akan mempromosikan sejumlah cewek sesuai ekspektasi si lelaki. Lengkap pendidikan, rumahnya, kekayaannya, dan kesopan santunannya. Si pemilik warung pun memberi bocoran kapan cewek itu keluar rumah.
Nah, si lelaki musti sabar mengintai cewek yang dimaksud kapan keluar rumah. Ketika hari yang ditentukan, si cewek keluar rumah tanpa sadar sedang di amati. Jika pengamatan ini sesuai ekspektasi maka si lelaki akan mengirim pesan. Pesan bisa dikirim lewat yang punya kedai atau lewat tetangga si cewek.
Barulah nanti si lelaki memboyong ayah, mamak, dan pamannya untuk acara lamaran jika si wanita sudah memberi kode setuju. Maka mereka pun lanjut ke taraf taaruf. Berkenalan dan jika setuju membicarakan sejumlah uang mosok dan mahar.
Saya pernah ditanyai salah seorang wali murid di sekolah, "Buk Yus, maaf saya boleh tanya?" Kata beliau.
"Ya, boleh Bu, silahkan. Ibu mau bertanya apa?" Jawab saya sambil tersenyum. Ibu itu lebih tua 12 tahun dari saya.
"Bu Yus katanya bermarga Siregar. Berarti Bu Yus keturunan Tapanuli Selatan, muslim?" Tanya beliau sungkan.
"Benar, Bu." Jawab saya.
"Begini Bu Yus, anak saya yang tua kuliah di Medan kedokteran, udah wisuda. Di sana ia ada suka sama cewek Medan. Minta tebusan 300 juta orang tua si cewek." Cerita beliau jujur.