Kenalkan Anak Sejak Dini dengan 3 Life Skill dan Life Style merupakan keharusan. Mengapa? Karena life skill adalah kecakapan hidup. Â Kecakapan hidup adalah kemampuan anak untuk beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan anak mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup secara efektif.
Konsep ini juga disebut sebagai kompetensi psikososial. Subjek kecakapan hidup sangat bervariasi tergantung pada norma-norma sosial dan harapan masyarakat. Wikipedia.
Sebelum kita bahas 3 Life Skill dan Life Style yang harus dikenalkan orang tua kepada anak sejak dini, mari kita simak tayang ulang peristiwa kekurangcakapan hidup saya saat merantau. Hi hi hi. Lucu sekali. Saya masih ingat ketika orang tua mengirim saya sekolah ke Kota Kabupaten di kampung.
Waktu itu saya kelas 1 MTs/SMP. Tiba-tiba. Jari saya terluka kena pisau. Saya butuh hansaflast untuk membungkus luka itu. Lalu saya pergi ke kedai di dekat kos. Kira-kira dua rumah dari kosan kedai ini.
Sampai di kedai, adik yang menjaga kedai itu ternyata masih kecil. Mungkin kelas 4 SD lah. Tapi terlihat lihai jaga kedai dan berani bersosialisasi dengan pembelinya. Tua, muda, besar kecil dilayani dengan baik. Saya amati sosialisasi itu dengan cermat disertai rasa grogi.
Kendala saya, anak itu berbahasa ibu Minang Kabau Sedang saya berbahasa ibu Tapanuli Selatan atau Mandailing dan saya belum bisa berbahasa Minang Kabau fasih. Maka saya berencana berbahasa persatuan saja, Bahasa Indonesia.
Sesudah semua pembeli pergi, saya pun maju dua langkah sambil berkata, " Dek, ada Anu?"
" Ndak ada." Jawab bocah itu nakal. Ih malu sekali rasanya. Grogi banget. Kesal juga tapi lucu juga. Pokoknya nano-nano, rame rasanya deh.
Akhirnya saya berhasil juga beli hansaflast meski sedikit dibuly anak kecil itu. Hari ini pengalaman itu saya temukan lagi pada ponakan saya yang sekolah merantau ke Kota Padang Panjang ini. Ia sekolah di tempat saya mengajar, MTs/SMP.
Anak baru tentu butuh banyak barang baru. Seperti buku, pena, pewarna, dan penghapus. Ketika ia butuh barang-barang itu, ia tak mau ke kedai. Korek punya korek dan cek and ricek, ternyata ia mengaku tak bisa berbahasa Minang. Saya suruh pakek bahasa persatuan. Tetap ia tak mau.