Kisah perjalanan via kapal laut selalau dihubungkan dengan kapal pesiar yang besasr nan mawah, di mana ada kamar yang luar biasa bagus, makanan yang luar biasa enak, dan kolam renang di dek utama. Yah, buat Indonesia definisi itu sepertinya masih harus menunggu beberapa dekade lagi karena perjalanan lewat laut itu berarti tidur bersama di satu ruang yang besar (kalau dapat kasur), resiko untuk tak kebagian kasur dan berakhir duduk di lantai lobi, antrian makan yang luar biasa panjang, dan fasilitas yang agak memprihatinkan. Menyedihkan? Gak juga ah, hahaha.
Nostalgia Lama
Setelah hampir selama 16 tahun tak pernah lagi menggunakan jasa tranportasi laut, kali ini karena ongkos yang sekarat maka saya terpaksa mengulangi lagi romansa lama ini. Sebenarnya, ada perasaan rindu juga pada sarana transportasi semacam ini. Di mana lagi coba bisa merasakan pemandangan laut lepas dengan angin samudera yang begitu kencang kalau tidak naik kapal? Kan kalau naik pesawat gak boleh buka jendela, hehehe.
Perbedaan kondisi dengan 16 tahun yang lalu adalah semua jenis kelas di kapal adalah kelas ekonomi. Kalau dulu kan ada yang kelas 1,2, dan 3 yang tergolong agak elit lah. Berhubung harga kamar elit dan harga pesawat semakin setara, jelas kapal akan kalah bersaing dengan pesawat dari segi waktu tempuh yang lebih efisien.
Sebenarnya tak ada masalah dengan kelas ekonomi jika semua pemegang tiket kapal dipastikan dapat tempat tidur dan peraturan tentang larangan merokok di kabin bisa ditegakkan dengan benar. Yah, semoga hal-hal yang terbilang sepele seperti ini dapat diwujudkan dengan benar di masa depan.
Garis Cakrawala
Oleh-Oleh dari Dalam Kapal
Dengan kondisi terpisah jauh dari keluarga, mereka masih harus bersiap untuk hidup serba tak enak, minim air bersih, dapur berlatar hutan rimba, dan resiko bertemu dengan hewan liar. Hiks, rasanya mendadak jadi keset welcome kalau bertemu dengan pejuang hidup macam ini.
Selain bertemu dengan mereka, ada juga pemandangan yang agak menyenangkan yakni banyaknya pasutri yang membawa balitanya. Â Ketika semua penumpang terlelap, masih ada sekumpulan pejuang orang tua yang menggendong balitanya yang rewel sambil nonton pertandingan bola: Manchester City vs Everton. Saya sendiri kala itu sedang khusuk menemani si bocil jalan-jalan di lobi sambil memandang dengan iri dengki pada semua penumpang yang bisa terlelap.
Perbedaan Naik kapal Dulu dan Sekarang
Ada sedikit perbedaan yang mengarah ke pertumbuhan yang baik. Lewat Pelabuhan Makassar, sekarang ada bagian check in sebelum masuk ke dalam kapal, jadi tak ada antrian berebut parah macam orang berebut mau masuk surga. Meski proses masuknya sangat mudah, namuan ternyata tetap masih banyak penumpang yang tak kebagian kasur. Sebagian dari mereka tidur di lobi dan lorong lorong yang kosong.Â
Tapi yang saya suka pada jasa kapal laut ialah harga yang stabil. Saat semua tiket pesawat sedang marangkak naik menjelang natal dan tahun baru, harga tiket kapal Makasar-Balikpapan masih bertengger di angka 200 ribu, sudah termasuk makan selama perjalanan. Worth it lah untuk dicoba sebagai sarana penikmat sun set dan sun rise secara maksimal.
Selamat mencoba, selamat berhari libur.