Sabtu malam, tanggal 29 November 2014 lalu, JNE menggelar Gala Dinner sebagai acara puncak dari seluruh rangkaian acara wisata di Yogyakarta yang diadakan untuk menyambut HUT JNE ke-24. Di siang harinya, JNE mengajak staf, kompasianer dan media untuk melakukan wisata edukasi dan budaya di Sekar Kedhaton, Kotagede. Bagaimana kemeriahan dua acara ini? Berikut sedikit informasinya :
MAKAN SIANG DAN “MEMBATIK” LANGSUNG DENGAN CANTING
Hari sabtu siang sekitar jam 11.30, kami mengadakan perjalanan ke Sekar Kedhaton sebagai tujuan wisata kami selanjutnya. Disebut wisata edukasi dan budaya karena disana diadakan workshop untuk mengenal lebih dalam tentang Batik Indonesia dan praktek membantik secara langsung yang diikuti oleh puluhan tamu, termasuk saya dan kompasianer lainnya.
Rombongan menikmati Hidangan di Sekar Kedhaton
Sebelum workshop dimulai, para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan makan siang di Sekar kedhaton. Saya yang saat itu 1 meja dengan mbak nisa dan 2 staf JNE, akhirnya berbincang bersama sambil menikmati makan siang dengan lauk yang sangat ‘njawani’ karena makanan yang dihidangkan kebanyakan adalah makanan Jogja dengan resep bumbu jawa. Usai makan siang, kami disuguhi dengan 2 tarian istimewa yang diperagakan oleh penari profesional dari Yogyakarta dan Bali yang juga menjadi pemenang putera dan puteri Batik Nusantara 2014.
[caption id="attachment_380131" align="aligncenter" width="482" caption="Kompasianer Berfoto di Lapangan Brahma Candi Prambanan (ki-ka : mbak Okti, Pak Hendy, Pak Johan, Saya, Mbak Nisa, Mbak Grace, Mbak Pungky, Mas Nurul, pak Agung dan Mas Derry)"]
Tarian istimewa yang menghibur para undangan
Selesai menikmati tarian tradisional yang mengundang rasa kagum seluruh tamu yang hadir, kami segera mengikuti workshop tentang batik nusantara yang dibawakan oleh putera dan puteri batik Nusantara 2014. Selama mendengarkan dan menyimak visualisasi tentang seluk beluk batik nusantara, akhirnya ilmu saya semakin bertambah tentang batik di Indonesia. Diantaranya adalah bahwa batik cap itu sebenarnya bukan batik karena tidak melalui proses pembuatan dengan alat/bahan untuk membuat batik tulis (asli), yaitu canting dan cairan malam. Selain itu, saya juga tahu bahwa motif batik ada banyak, diantaranya adalah motif parang, kawung dan mega mendung.
Persiapan Membatik di Sekar Kedhaton
Setelah workshop berlangsung, para tamu dipersilahkan untuk melakukan praktek membuat batik tulis dengan peralatan yang telah disediakan, yaitu canting, malam, kompor dan kain. Dengan penuh semangat, saya bersama mbak Nisa dan mbak Grace juga ikut memeriahkan lomba membatik saat itu. Sangat sulit ternyata. Proses membatik tulis memerlukan waktu yang lama, kesabaran dan ketelatenan sehingga tidak heran jika harga batik tulis selalu dipathok dengan harga yang mahal.
Acara tersebut diakhiri dengan pemberian hadiah kepada para tamu yang hasil batikannya paling rapi dan bagus. Kebetulan saat itu yang memenangkan adalah Bapak Johari Zein yang sukses menghasilkan karya yang rapi menurut juri serta mbak Mindy yang kebetulan adalah puteri dari bapak Johari. Setelah acara selesai, kami segera bersiap untuk melakukan perjalanan pulang ke hotel. Namun sebelumnya atas permintaan beberapa teman untuk mampir di tempat oleh-oleh, akhirnya kami mampir di pusat oleh-oleh Bakpia JAVA yang ada di jl. Solo. Jam 4 sore, kami kembali tiba di hotel Eastparc dan mempersiapkan diri untuk mengikuti rangkaian acara terakhir selama beberapa hari melakukan trip ini, yaitu Gala Dinner HUT JNE yang ke-24 di Candi Prambanan.
EUFORIA HUT JNE ke 24 YANG CETAR MEMBAHANA
Inilah malam puncak yang ditunggu-tunggu oleh seluruh staf dan jajaran karyawan JNE di seluruh Indonesia. Kami pun yang akan melakukan perjalanan ke Candi Prambanan, tempat dimana HUT JNE ke-24 digelar, sudah tampak bersiap di lobby hotel. Setelah mendapat sedikit pengarahan dari panitia, akhirnya kami segera naik ke bus sekitar jam 17.30.
Dengan perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya bus kami sampai di lapangan Brahma Candi Prambanan Yogyakarta. Saya yang orang Yogya belum pernah menginjakkan kaki di lapangan ini, biasanya hanya mendatangi tempat wisata candinya yang pintu masuknya dari gerbang depan. Tanah luas dengan rumput yang agak basah karena sempat terguyur hujan menyiratkan suasana dingin bagi seluruh rombongan. Keindahan Candi Prambanan di sore hari sangat menarik perhatian sehingga kami para kompasianerpun tak melewatkannya dengan berfoto bersama, tanda bahwa kami sudah bersiap untuk mengikuti puncak acara HUT JNE ke -24.
Menikmati Jajanan Tradisional di “Pasar Jadul
Setelah berfoto, kami segera menuju ke lokasi acara ultah JNE. Sebelumnya, saat di bus, mbak Dewi (panitia dari JNE) memberikan tiket masuk ultah JNE di Candi Prambanan yang dapat ditukar dengan gelang (sebagai tanda keikutsertaaan) dan makan malam. Sesampainya disana, kami segera digiring oleh panitia ke pos “Special Guest” sehingga kami tidak perlu mengantri panjang seperti yang lainnya.
Setelah melingkarkan gelang kertas di tangan dan memberikan souvenir JNE, kami pun dipersilahkan panitia untuk menikmati berbagai jajanan pasar ala Yogya yang dikelola secara langsung oleh para penjual jajanan dengan tajuk “Pasar Jadul”. Makanan disana beranekaragam, diantaranya Gatot Tiwul, Corobikang, Jagung bakar, Gethuk, Pecel, bakso tusuk, wedang ronde dan berbagai jajanan lainnya. Karena berantusias, kami pun mencicipi satu per satu jajanan yang telah disediakan secara gratis tersebut.
Aneka Jajanan Tradisional yang menggugah Selera
Kompasianer Menjadi Tamu VIP di HUT JNE
Setelah asyik menikmati jajanan tradisional, kami digiring panitia untuk segera masuk ke area meja VIP agar dapat segera duduk dan menikmati acara yang sudah dipersiapkan. Kami bangga menjadi tamu VIP karena disandingkan dengan para petinggi JNE yang saat itu duduk di depan meja kami. Beberapa menit setelahnya, acara dimulai. Bagaimana rangkaian acaranya? Berikut informasi yang saya ringkas :
Menjadi Tamu VIP di Gala Dinner HUT JNE ke 24
1. Tamu yang datang merupakan keluarga besar JNE, perusahaan-perusahaan mitra JNE, wartawan dari berbagai media massa serta para blogger (kompasianer), mendapat sambutan langsung dari prajurit keraton beserta abdi dalem Kesultanan Yogyakarta.
2. Acara HUT JNE dimulai dengan arak-arakan para petinggi JNE, termasuk Bpk. Johari Zein yang berjalan dari arah belakang menuju panggung dengan berjalan diatas karpet merah dan mengenakan beskap hijau (pakaian adat jawa). Arak-arakan diakhiri dengan kereta kuda yang didalamnya ada seorang laki-laki dan perempuan sebagai lambang Raja dan Ratu serta diiringi para wanita berpakaian kemben jawa sebagai lambang emban Kraton (inang pengasuh).