Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Itu “Agent of Change”, Jadi “Menulis” Adalah Senjatanya

20 November 2014   19:30 Diperbarui: 16 April 2016   00:42 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Peraturan Menteri No. 16/2009 disebutkan bahwa guru wajib melakukan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), salah satunya adalah melakukan publikasi ilmiah. Dengan memahaminya, kita dapat menyimpulkan bahwa peraturan ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada guru untuk bisa menulis karya ilmiah sehingga bisa dipublikasikan kepada masyarakat, sekaligus refresh ilmu menulis yang pernah mereka pelajari saat studi di masa lalu.
[caption id="attachment_376765" align="aligncenter" width="493" caption="sumber : guraru.org"][/caption]

Hal diatas memang sangat dibenarkan. Sebagai pengabdi masyarakat, guru selalu dipercaya sebagai agent of change yang dengan pengetahuannya diharapkan mampu mengubah pola pikir dan tingkah laku peserta didik dan masyarakat serta diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dalam berbagai kebijakan pemerintah. Jalan yang ditempuh guru adalah pendidikan dan tulisan adalah salah senjata ampuh yang bisa digunakan oleh guru dalam menjalankan tugasnya.

GURU HARUS BISA APA SAJA?

Perkembangan zaman yang semakin maju juga harus diimbangi dengan pola pengajaran yang semakin berkembang pula. Seorang guru dituntut untuk selalu upgrade metode pembelajarannya agar tidak membosankan sehingga segala materi yang diajarkan kepada anak didik akan diterima dengan praktis, ringan dan tentunya mudah diingat. Selain itu, dalam membimbing anak didiknya, seorang guru dituntut untuk selalu bisa berkomunikasi dengan baik, mengenal kemampuan dasar setiap siswa sehingga dapat menemukan strategi mengajar terbaik, memanfaatkan berbagai fasilitas sekolah untuk mendukung proses mengajar serta memberikan evaluasi terhadap segala program yang telah dijalankan sehingga mengetahui efektif atau tidaknya sistem pembelajaran yang telah dilakukan.

Jika kita mengenang masa disaat kita masih sekolah, guru seringkali menggunakan metode pembelajaran seperti metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimental, study tour, keterampilan, tugas kelompok dan sebagainya. Namun, metode ini harus terus dikembangkan seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini bisa dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, standar keahlian guru yang harus dimiliki di abad ini diantaranya adalah :

  1. Guru harus dapat mengoperasikan  komputer atau laptop.
  2. Guru harus menguasai software ringan, misalnya Microsoft Office atau sejenisnya.
  3. Guru harus dapat mengoperasikan kamera dan video recorder karena rekaman/foto dapat menunjang proses belajar mengajar.
  4. Guru harus dapat memberikan presentasi menarik sehingga siswa mudah mencerna ilmu yang diberikan.
  5. Guru harus dapat menulis karya ilmiah, esai atau cerita sederhana sehingga dapat mengajarkan siswa cara menulis yang benar.
  6. Guru harus familiar dengan jejaring sosial dan internet.
  7. Guru harus bisa berbahasa asing, minimal bisa berbahasa inggris.

Itulah tujuh kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap guru di masa yang serba modern ini. Dan yang menjadi sorotan adalah di point 5, dimana disebutkan bahwa guru harus bisa menulis, entah apapun bentuknya. Namun, bagaimana dengan keadaan saat ini? Apakah guru sudah termotivasi untuk menumpahkan segala ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan?

FENOMENA “GURU MENULIS” DI ABAD INI

Pada kenyataannya, banyak guru yang tidak memahami apa manfaat dari menulis. Hal ini sering berakibat pada ketidakmauan guru untuk menulis, baik menulis buku, bahan ajar, laporan penelitian, artikel untuk media cetak, maupun berbagai bentuk tulisan lainnya. Tentu hal ini mengindikasikan bahwa ketidakmauan guru dalam menulis akan sangat mempengaruhi ilmu yang diajarkan kepada siswa. Sebagai contoh kecilnya adalah menulis bahan ajar. Dengan menulis bahan yang akan diajarkan, guru akan lebih mudah mengatur alur bimbingan, mengumpulkan topik bahan mengajar yang efektif, atau punya cadangan informasi sebagai pelengkap/pendukung dalam proses mengajar. Apa jadinya kalau guru tidak mau menulis? Tentu bahan yang diajarkan akan sangat terbatas, baik informasi ataupun kualitasnya.

APA SAJA MANFAATNYA JIKA “GURU MENULIS”?

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap metode pengajaran akan sangat mempengaruhi proses transfer ilmu kepada siswa. Dan hal ini bisa diminimalisir jika guru mau menulis. Ada banyak manfaat yang akan didapat jika guru mau menulis, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi siswa.

MANFAAT BAGI DIRI SENDIRI

  • Menulis bermanfaat untuk pengembangan materi (bahan ajar) dalam kegiatan mengajar.
  • Menulis dapat mengembangkan kemampuan guru untuk meningkatkan kompetensinya, misalnya untuk kenaikan pangkat, sebagai perwakilan sekolahnya untuk acara besar dalam dunia pendidikan dsb.
  • Menulis menjadi media untuk menuangkan ide, gagasan dan pemikiran khususnya terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik.
  • Menulis dapat membantu guru untuk memecahkan masalah sehingga kedepannya dapat memberikan sumbangan ide kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan tertentu di dunia pendidikan.
  • Menulis dapat meningkatkan kualitas guru sehingga sangat mendukung misinya dalam mengemban tugas ‘mencerdaskan anak didik’.
  • Selain bermanfaat bagi profesinya, menulis juga dapat mengantarkan guru untuk mendapatkan penghasilan tambahan (jika tulisan dikirim ke berbagai media dan ditayangkan) atau bahkan melambungkan namanya jika hasil tulisannya pada akhirnya bermanfaat bagi banyak orang.

MANFAAT BAGI SISWA

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh banyak ahli, guru yang bisa menulis akan berdampak positif terhadap minat siswa mempelajari sebuah informasi. Dengan persiapan yang telah ditulis serta menggunakan metode pengajaran yang efektif, manfaat yang akan dirasakan siswa adalah :

  • Siswa akan lebih bergairah dalam belajar karena materi yang diberikan adalh berkualitas dan menarik.
  • Minat dan bakat siswa akan lebih terolah dengan metode pengajaran guru yang lebih terstruktur dengan pedoman tulisan sendiri.
  • Membantu siswa lebih mudah mewujudkan hasil karya tulisan karena termotivasi oleh hasil karya tulisan guru yang menarik perhatiannya.
  • Siswa dapat lebih mandiri dalam menggali sebuah ilmu dan dapat berinovasi dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Begitu besar manfaat menulis yang dilakukan oleh seorang guru. Selain dapat mengembangkan kemampuan dirinya, guru ternyata juga bisa mengembangkan kemampuan siswanya dengan hasil tulisannya. Menjadi guru memang tak mudah karena harus menghadapi tantangan yang semakin pelik dari zaman ke zaman. Tantangan ganti kurikulum, tantangan upgrade metode mengajar, tantangan bersikap bijak dan berhati besar dalam menghadapi kepribadian siswa yang beragam serta tantangan untuk meningkatkan kualitas dirinya yang harus dilakukan secara kontinyu.  Namun semua tantangan tersebut akan mudah dihadapi jika guru dapat disiplin dan mengatur pola mengajarnya, diantaranya dengan cara menulis.

SEBAGAI “Agent of Change”, GURU HARUS ‘Move On’ DENGAN HOBBY MENULIS

Ada banyak keluhan yang sering saya dengar dari teman-teman saat dulu saya masih sekolah :

  • “Nih gurunya bikin males. Tiap ketemu cuma disuruh mengerjakan tugas di sekolah..”
  • “Menyebalkan. Pak Gurunya kalau ngajar sukanya tergesa-gesa. Belum selesai waktunya sudah keluar ruang….”
  • “Kok tiap mengajar cuma disuruh baca silabus? Gak pernah diterangkan secara lengkap tentang ilmunya. Gimana mau paham?.. ”
  • “Dikit-dikit take home… dikit-dikit take home. Apa ni cuma jadi alasan guru biar gak ribet ngajar ya.?”
  • “Aku gak paham jika diajar bu guru yang itu. Entah aku yang terlalu bodoh atau bu gurunya yang tidak bisa mengajar dengan baik…”

Inilah sepenggal fakta yang dulu saya alami sendiri, baik saat sekolah maupun kuliah. Ya, ini adalah keluhan-keluhan siswa yang mungkin sampai detik ini masih sering terdengar di telinga kita, di telinga orang tua siswa ataupun sering didengar sendiri oleh jajaran pengajar di sekolah. Hal ini sangat menegaskan kepada kita bahwa ada banyak metode pengajaran guru yang tidak menarik serta penyampaian materi ilmu yang tidak tepat sehingga siswa merasa tidak nyaman, bosan atau bahkan tidak bisa menyerap ilmu yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan minimnya motivasi mereka dalam mempelajari sebuah ilmu/informasi dengan lebih mendalam.

14164611971898093394
14164611971898093394
sumber : wwwkelompok3ixg.blogspot.com

Fakta ini menegaskan pula bahwa sekarang guru harus bisa ‘move on’ untuk memperbaiki metode mengajarnya. Guru adalah “agent of change”, dimana ia harus menciptakan perubahan yang lebih baik dari ke waktu untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Ya, jika keluhan-keluhan diatas dapat dianalisis oleh para guru di Indonesia, tentu ini dapat memberikan pemahaman bahwa ada banyak kekurangan cara mengajar guru selama ini, walaupun hal ini tidak berlaku untuk semua guru karena banyak pula guru-guru kreatif yang sudah terbiasa mengembangkan metode mengajarnya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Adakah solusi praktis yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki cara mengajarnya agar siswa lebih nyaman dan mudah mencerna ilmu yang diajarkan?

Tentu saja ada, jawabannya adalah dengan MENULIS. Hal ini bisa dilakukan dengan menuangkan ide dalam bentuk tulisan tentang segala rencana pembelajaran ataupun bahan yang akan diajarkan. Jika tebiasa menulis, mungkin keluhan-keluhan siswa diatas tidak akan terdengar lagi karena metode pengajaran guru yang efektif dan sistematis tentunya akan berdampak positif bagi siswa.

Bagaimana jika guru tidak bisa menulis atau jarang menulis? Jawabannya adalah ‘harus mau berlatih dan terus berlatih. Pada dasarnya, menulis adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh semua orang. Jangan pernah berpikir bahwa menulis itu harus selalu dipenuhi dengan kata-kata indah, harus menggunakan tanda baca sesuai EYD, harus bermuatan topik berat seperti hukum/politik dan berbagai pemikiran rumit lainnya. Menulis tidak selalu seperti itu karena disesuaikan dengan tulisan apa yang akan dibuat. Pikirkan bahwa menulis itu mudah dan ringan.

MARI BERLATIH MENULIS DENGAN CARA INI

Berikut adalah ide formulasi (tahapan) yang dapat dilakukan seorang guru untuk mulai belajar menulis :

  • Sebagai permulaan, guru bisa menulis jadwal mengajarnya atau guru bisa menulis rencana tema mengajar di setiap kelas. Kebiasaan menulis ini sebagai pemanasan untuk menulis ke hal-hal yang lebih besar.
  • Tahap selanjutnya, guru bisa menulis rangkuman materi yang ada di buku (suatu tema/bab) sehingga saat mengajar, siswa dapat menerima materi yang lebih ringan dan praktis dipahami. Guru bisa dikatakan lumayan bisa menulis jika bisa sampai di tahap ini.
  • Lalu, sebagai penunjang pembelajaran, guru dapat mengambil sebuah contoh tema masalah yang berhubungan dengan ilmu yang akan diajarkan.  Misal dalam ilmu alam, ambil tema “kerusakan lingkungan”. Dengan tema ini, analisislah dengan menjabarkan kerangka berikut : apa penyebab kerusakan lingkungan, bagaimana cara mengatasinya, siapa saja yang harus berperan dalam menjaga lingkungan, bagaimana cara melestarikan lingkungan dll. Analisis ini bermanfaat untuk melatih pola pikir siswa agar memahami secara runtut tentang sebuah masalah disertai solusi penyelesaiannya. Jika bisa melakukan analisis seperti ini, kemampuan guru sudah mencapai tahap aman dalam menulis.
  • Untuk meningkatkan prestasi dan kualitas diri, guru bisa membuat gebrakan dengan menulis kembali ‘karya ilmiah’ tentang suatu tema yang dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Mungkin dulu saat kuliah, para calon guru juga pernah menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan. Namun, untuk menyegarkan ingatan kembali, tidak ada salahnya jika membuat karya besar yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh semua orang. Ya, karya ilmiah yang ditulis guru, apalagi materinya sangat baik bagi dunia pendidikan, akan membuat guru tersebut menjadi tinggi nilainya di mata masyarakat. Dalam tahap ini, guru bisa dikatakan hebat dalam menulis.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pentingnya guru menulis.  Bisa saya simpulkan bahwa MENULIS SANGAT PENTING BAGI GURU karena ini adalah senjata utama dalam menjalankan profesinya sebagai “agent of change” bagi dunia pendidikan. Tanpa guru, kita mungkin tidak akan sepandai ini. Oleh karenanya, sebagai tumpuan pendidikan masyarakat, guru harus cerdas dan berkualitas dalam mengajar. Hindari sistem mengajar yang ‘serba praktis’ yang menyebabkan keluhan-keluhan siswa seperti yang telah tertulis diatas. Buatlah suasana mengajar yang nyaman, menyenangkan, penuh dengan interaksi dan dapat mengevaluasi keefektifan dalam mengajar.

***

Berbicara tentang dunia pendidikan, kita tak bisa lepas dari seorang tokoh berdedikasi tinggi yang sukses membangun bangsa, Sukanto Tanoto. Beliau bersama keluarga sukses membangun TANOTO FOUNDATION untuk mengurangi kemiskinan dan memajukan masyarakat dengan beasiswa pendidikan gratis kepada siswa dan memberikan honor kepada para guru. Selain itu, Tanoto Foundation juga sukses membangun beberapa sekolah, mendistribusikan peralatan sekolah untuk masyarakat miskin di daerah terpencil dan berbagai aksi sosial lainnya. Puluhan Award atas kerja kerasnya ini telah beliau terima, salah satunya Wharton School Dean’s Medal Award yang merupakan penghargaan bagi orang-orang yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan hidup di dunia.

Terimakasih untuk Bapak Sukanto Tanoto serta seluruh jajaran guru di Indonesia, pahlawan tanpa tanda jasa yang bersedia mengabdi untuk mencerdaskan seluruh anak bangsa sehingga lebih bermoral dan berkualitas. Kepada Bapak dan Ibu guru, yuk move on, dari yang tidak suka menulis jadi hobby menulis untuk mengembangkan sistem belajar mengajar yang lebih efektif sehingga kualitas generasi muda dapat lebih bersaing, baik dalam pembangunan di negeri kita maupun di kancah internasional.

Semoga artikel ini bermanfaat.

 

Salam Sukses,

Riana Dewie.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun