Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gema Candi Borobudur dalam Maha Karya "Sound of Borobudur"

16 Mei 2021   23:46 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:55 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah perayaan Natal tahun 2008 silam, saya beserta kawan-kawan orang muda Katolik saat itu "manggung" menggemakan beberapa lagu khas Natal. Jingle Bells adalah salah satu judul yang kami nyanyikan, diwarnai dengan gerak dan tari juga iringan khas musik tradisional.

Berkolaborasi dengan para pemain musik dalam sebuah paguyuban seni tradisional di Jogja, tentu ini semakin mewarnai aksi panggung kami. Beberapa alat musik yang dimainkan adalah Bas betot, kencrung ukulele, gitar, drum, dan gendang.

Salah satu yang menarik dari aksi seni ini adalah betapa kolaborasi musik dan suara bisa menghasilkan karya yang bisa dinikmati bersama. Saya tak mengatakan bahwa saya menyumbang suara bagus disini. Lebih dari itu, harmonisasi terwujud karena selain lantunan suara yang terdengar, harmonisasi antar alat musik berjalan bersamaan dan saling melengkapi.


Musik sendiri menjadi simbol dari keselarasan kehidupan, dan ia menjadi bagian seni yang selalu memberi hiburan. Bagi saya yang juga menyukai musik, setiap kali mendengarkan alunan musik ataupun lagu secara tak langsung dapat membangkitkan semangat hidup dan pengingat untuk semakin bersyukur.

Alat Musik Tradisional Melestarikan Budaya Nusantara 

Selain dapat membuat hati semakin rileks dan dapat mencairkan suasana, musik juga dapat berfungsi sebagai pemeran cerita kehidupan. Seperti alunan musik yang mengiringi lagu-lagu natal di atas menyuguhkan sebuah cerita suasana natal yang penuh sukacita di sepanjang jalan. Ya, selalu ada makna dari setiap musik yang dimainkan.

Salah satu alat musik yang digunakan untuk mengiringi aksi panggung di atas adalah kendang (gendang). Menurut Wikipedia, gendang adalah instrumen dalam gamelan yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama.

Alat musik ini dimainkan dengan cara ditabuh atau dipukul pada bagian membran atau selaputnya. Saat ditabuh, selaput ini akan bergetar dan menghasilkan bunyi. Kabar baiknya, ternyata gendang bukan sembarang alat musik.

Alat musik yang memberikan suasana tak sama dari setiap penabuhnya ini ternyata menjadi salah satu alat musik tradisional khas Nusantara yang terpahat pada panel-panel relief di Candi Borobudur. Wow, keren :D

Saya dan suami menikmati keindahan Borobudur (Dok.Pri)
Saya dan suami menikmati keindahan Borobudur (Dok.Pri)

Candi Borobudur Memiliki Pahatan Alat Musik yang Tak Ternilai 

Proses menghayati dan menikmati musik memang menjadi sebuah pengalaman menyenangkan dan membuat pendengar merasa nyaman. Dan inilah yang dapat kita dapatkan dari maha karya beberapa seniman nusantara yang sukses membunyikan beberapa jenis alat musik yang terpahat pada relief candi Borobudur.

Candi Borobudur ternyata menjadi pusat budaya dan seni dunia di masa lalu. Nah, ini bisa kita buktikan sendiri saat berkunjung kesana, dimana 226 relief alat musik terpahat pada 40 panel relief. Selain itu, 40 jenis instrumen alat musik juga bisa kita temukan disana.

Ini menjadi sebuah fakta yang sungguh istimewa karena pada jamannya, belum ada situs sejarah lain yang memiliki kekayaan pahatan relief alat musik sebanyak ini. Tak heran jika banyak yang menyebutkan bahwa Borobudur Pusat Musik Dunia, disamping sebagai titik pertemuan lintas bangsa dan lintas budaya.

Akhirnya, beberapa jenis alat musik yang terpahat pada relief borobudur mulai dipelajari dengan seksama, diteliti oleh para ahlinya dari waktu ke waktu hingga lahirlah "Sound of Borobudur".

"Sound of Borobudur" Menorehkan Sejarah Musik Baru untuk Dunia 

Relief musik pada candi Borobudur (dok. KJOG)
Relief musik pada candi Borobudur (dok. KJOG)

Untuk mengenali kebesaran peradaban di masa lampau, itulah mengapa Sound Of Borobudur Movement hadir mewarnai sejarah musik di negara kita. Karena budaya dan ilmu pengetahuan diinterpretasikan melalui seni diharapkan dapat menjadi pemantik semangat agar masyarakat semakin cinta tanah airnya.  

Dengan adanya ini, kita semakin menyadari betapa warisan nenek moyang begitu berharga, baik itu nilai dan tatanan diri, kemasyarakatan, kenegaraan dan tatanan untuk pengelolaan alam secara seimbang.

Sound Of Borobudur Movement akan menjadi milik bersama apabila bisa dinikmati dan dilestarikan dengan cara yang positif. Tak hanya menggambarkan musik khas Jawa Tengah, namun mewakili nusantara. Beberapa alat musik yang terpahat adalah alat musik pukul, alat musik dawai, alat musik tiup dan alat musik membran.

Tak heran jika para musisi nusantara yang hebat sukses membunyikan kembali alat musik yang terpahat apda relief candi Borobudur. Salah satu alasannya adalah akrena candi berbentuk piramid ini menyajikan data artefaktual tertua yang menggambarkan orkestrasi musik dengan sangat lengkap.

Relief-relief di Borobudur ini juga menyajikan gambaran menarik tentang interaksi pemusik dan audiens dalam berbagai aktivitas harian maupun seremoni. Tak heran, saat "Sound of Borobudur" digemakan di ranah publik, antusias mayarakat sangat tinggi, bahkan lebih dari ekspektasi.

Sound of Borobudur Membunyikan Kembali Alat Musik dari Abad Ke 8 Ilustrasi via soundofborobudur.org 
Sound of Borobudur Membunyikan Kembali Alat Musik dari Abad Ke 8 Ilustrasi via soundofborobudur.org 

Gerakan Sound of Borobudur adalah Sebuah Identitas Budaya

Rekonstruksi instrumen dari waktu ke waktu dilakukan dengan penuh perjuangan dan tentunya ini memerlukan kekompakan yang luar biasa dalam tim. Saya pribadi sangat bersyukur dan senang dengan adanya Sound of Borobudur ini, karena kekayaan musik dunia ternyata terpahat di candi ini.

Terimakasih saya ucapkan kepada tim Japung Nusantara (Jaringan Kampung Nusantara) yang berani mewujudnyatakan kekayaan nusantara ini. Mereka adalah Trie Utami, KRMT Indro Kimpling Suseno, Rully Fabrian, Bachtiar Djanan juga Redy Eko Prastyo yang pertama kali mengembangkan ide briliyan ini.  

Saat ini Sound of Borobudur semakin terdengar gemanya di seluruh penjuru tanah air dengan hiburan bernilai seni tinggi. Digawangi oleh Purwa Tjaraka sebagai Executive Producer, Sound of Borobudur kini telah sukses menjadi sebuah orkestra besar yang melibatkan 40 musisi dalam proses penciptaan, aransemen, dan album rekaman yang berisi 12 komposisi lagu.

Gerakan Sound of Borobudur adalah sebuah identitas budaya, karena didalamnya masyarakat bisa belajar arti toleransi, persatuan, kerukunan dan semangat untuk semakin cinta tanah air. Yeay, Wonderful Indonesia-ku :)

Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun