Hallo para menantu sedunia... Apa kabar? Semoga Anda selalu sehat dan bahagia ya. Entah kenapa saya tiba-tiba ingin menulis ini, sebuah topik yang sangat lekat dengan masalah sosial, yaitu hubungan antara menantu dan mertua yang terkadang kurang harmonis. Entah mengapa banyak teman yang curhat tentang ini karena pada dasarnya ini bukan lagi masalah antar dua keluarga, melainkan masalah dalam satu keluarga yang memiliki dua kubu.
Iya, jika mau membahas mertua rasanya tiada akan habisnya. Hubungan kita dengan pasangan kadang semakin berwarna akibat campur tangan mertua. Apa yang kita harapkan mungkin sama, yaitu dapat menjalin hubungan harmonis, saling menghargai dan saling menyayangi antar menantu dan mertua. Tapi pada kenyataannya, banyak lho masalah yang sering menghiasi rumah tangga kita hanya gara-gara mertua.
Dalam tulisan ini, karena saya sekarang statusnya adalah seorang menantu maka saya akan menuliskan beberapa hal dari sudut pandang menantu. Apa saja sih masalah yang sering terjadi diantara menantu dan mertua? Mengapa ini sering terjadi? Inilah beberapa hal yang menurut saya menjadi alasan mengapa menantu dan mertua sering bermasalah :
Â
1. Menantu sering Dianggap ‘Merebut’ Buah Hatinya
Hayoo tunjuk jari, siapa yang sering berdebat dengan mertua gara-gara masalah klasik ini? Ketika kita sebagai wanita menikah dengan seorang lelaki yang memiliki ibu super protektif, mari berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Ibu mertua merasa telah melahirkan dan merawat anaknya hingga dewasa sehingga tak heran jika sangat menyayangi buah hatinya. Â Ini adalah wajar. Oleh karena itu, mari sebagai menantu dapat semakin merekatkan hubungan dengan ibu mertua melalui pendekatan dari hati sehingga tercipta suasana yang sehat dan harmonis. Ambil hati mertua, yakinkah bahwa kita sebagai menantu bukan bermaksud untuk merebut anaknya, namun ingin ikut ambil bagian untuk merawat, menjaga serta hidup bahagia bersama anaknya. Yakinkah bahwa rumah tangga yang dibangun benar-benar dilandasi dengan kasih sayang dan bersifat selamanya, seperti kasih ibu yang tak terbatas kepada anaknya
Contohnya : Berwisata bersama pasangan dan mertua saat weekend, membantu mertua memasak di dapur, memberikan ide desain ruang tamu yang disukai mertua dll.
Â
2. Perhatian Anak Terbagi ke Menantu, Mertua ‘Cemburu’ Â
Ini juga sering dialami oleh banyak pasangan yang menjalani kehidupan rumah tangga. Seringkali mertua cemburu dengan perhatian anaknya yang diberikan untuk menantunya. Entah karena apa, yang jelas fenomena ini memperlihatkan adanya sebuah ‘kesenjangan’ antara mertua dan menantu. Bagaimana mengantisipasinya? Sebagai anak, Anda harus pandai memberikan pengertian kepada orang tua bahwa kasih sayang kepada orang tua takkan pudar sepanjang waktu. Dan berikan  pemahaman pula bahwa Anda sudah berumah tangga, sudah memiliki tanggungan lebih untuk menjaga pasangan. Dan sebagai menantu, mari ikut menyayangi mertua dengan memberikan perhatian yang bisa membahagiakan hatinya sehingga tak ada lagi persaingan yang tidak sehat diantara keduanya.
Contohnya : menyiapkan kejutan sederhana saat ulang tahun mertua, membawakan oleh-oleh saat pulang dari luar kota, sering menelpon mertua untuk bertanya kabar, sesekali memberikan rejeki hasil keringat untuk membuat mertua bangga, dll.
Â
Â
3. Mertua Tidak Suka dengan Menantu yang ‘Tidak Sopan’
Anda pernah dianggap sebagai menantu yang kurang memiliki sopan santun? Ya, ini adalah wajar jika memang tindakan menantu keterlaluan atau dianggap melebihi batas toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Ada tipe mertua yang ‘saklek’ dalam menanam peraturan di rumahnya sehingga terbiasa untuk hidup teratur, halus dalam tutur bahasa, berpakaian rapi, disiplin dan serba memiliki persiapan dalam hal apapun. Namun ketika Anda sebagai menantu membawa kepribadian yang bertolak belakang dengan ‘adat’ keluarga mertua, tak mengherankan jika ini akan memicu perang dalam keluarga. Bayangkan saja jika Anda sering bicara keras dan berteriak di lingkup keluarga pasangan yang menjunjung tinggi tata krama, tentu Anda bisa ‘disomasi’ oleh mertua. Atau keluarga suami yang biasanya berpakaian tertutup tiba-tiba kedatangan Anda yang hobby mengenakan hotpants dan tanktop, tentu ini akan dianggap sangat merusak etika dalam keluarga. Oleh karenanya, pandai-pandailah menyesuaikan diri saat menjadi bagian dari keluarga pasangan. Tolong seimbangkan ego pribadii dengan memahami mana yang boleh dan tak boleh dilakukan agar kehidupan rumah tangga Anda bisa berjalan dengan harmonis dan bahagia. Jika memang ada petentangan dengan mertua, konsultasikan kepada suami agar dapat diantisipasi berdua.
Contohnya : Menantu laki-laki sebaiknya jangan memelihara rambut gondrong jika memang tak sesuai dengan keinginan mertua karena dianggap kurang rapi. Atau menantu perempuan biasakan untuk berbicara halus dan merapatkan kedua kaki saat berbicara di depan mertua agar terkesan ‘lembah manah’ (menjunjung tinggi sopan santun).
Â
4. Mertua Terlalu ‘Ikut Campur’ Masalah Intern Rumah Tangga
Hal ini sangat sering terjadi di kehidupan kita, dimana kita bermasalah dengan pasangan hanya gara-gara dikompor-kompori mertua. Ada pula mertua yang ikut-ikutan bela anaknya saat anak dan menantunya bertengkar. Dalam hal ini, tentu tindakan mertua seperti ini sangat disayangkan karena justru dapat memperkeruh masalah. Biarkan anak dan menantu menjalani kehidupannya secara natural, entah susah ataupun senang. Biarkan mereka mandiri dengan menghadapi masalah berdua dan mencari solusinya berdua sehingga dapat mengukuhkan kekuatan cinta mereka dari hari ke hari. Oleh karenanya, mertua sebaiknya dapat menata hati dan pikiran untuk menjalani hari-hari tua yang lebih tenang dan membahagiakan. Untuk masalah anak dan menantu, sebagai orang tua tetap bisa support dengan memberikan nasihat terbaik serta mendoakan mereka agar mendapatkan rezeki dan jalan kehidupan yang mudah.
Contoh : Mendukung menantu saat ingin berkarier di luar rumah, memberikan nasihat yang mencerahkan ketika anak dan menantu bertengkar, support dengan mengarahkan cara merawat bayi setelah anak atau menantu melahirkan dll.
Â
Â
Itulah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan masalah yang sering muncul dalam rumah tangga ketika mertua turut campur di dalamnya. Semoga ini dapat semakin meyakinkan hati para menantu bahwa mertua itu jauh dari kesan menakutkan, galak, menyebalkan, bawel dan berbagai persepsi negatif lainnya. Mertua sebenarnya sangat sayang kepada anak dan menantunya, hanya kadang sering berselisih paham ketika sifat mertua yang over protektif.
Untuk para menantu, mari jadikan ini sebagai tolok ukur dan pembelajaran untuk semakin mendekatkan hati dengan mertua. Buatlah mereka nyaman dan bahagia dengan keberadaan kita. Jangan pernah membuat mereka kecewa sekalipun butuh perjuangan keras untuk melakukannya. Dan yang terpenting, anggaplah mertua kita seperti orang tua kita sendiri, dimana kita tak akan membatasi kasih sayang untuk mereka serta selalu berusaha memberikan yang terbaik di sepanjang hayat mereka.
Semoga Anda dan mertua memiliki hubungan yang semakin harmonis dari hari ke hari.
Riana Dewie
Â
(semua gambar diatas sudah diberi caption sumber, namun eror jadi tak terlihat)
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H