Mohon tunggu...
Riana Azzahra
Riana Azzahra Mohon Tunggu... -

Riana Wahyuni Indahsari, Mahasiswi IAIN Jember Program Studi Pendidikan Agama Islam. Masih dalam tahap belajar, jangan hakimi saya. Menulis mungkin tak seindah merangkai kata dalam lisan, tapi dengan menulis, dapat mengekspresikan semuanya yang ada. Menulis tak harus menunggu sebagus apa tulisan kita, tapi kemauan untuk menulis itu yang terpenting. Jika Rene Descartes mengatakan bahwa "Saya berpikir, maka saya ada", maka saya akan mengatakan "Saya menulis, maka saya ada".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Embun Fajar

13 Juli 2018   12:25 Diperbarui: 13 Juli 2018   12:32 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di bawah hangatnya gubuk mungil yang menjadi tempat berkeluh kesah dengan hari-hariku yang semakin menantang. Tak ada gunanya hanya berceloteh manja tanpa meninggalkan sesuatu yang luar biasa yang dapat dilihat sekejap dikemudian hari. Diatas tempat sujud ini tiba-tiba teringat masa yang telah terlewat bersamamu. Masa yang membuat hati tak tenang, masa dimana segala sesuatu yang selama ini sudah terkubur lama dan sangat dalam, kau maksudkan kembali. Sungguh membuat hati ini bertanya-tanya. Bukankah dahulu kau tak menginginkannya ? namun mengapa sekarang berucap seakan-akan dahulu kau tak pernah menginginkannya.

Sebenarnya tak perlu ada hubungan spesial bentuk apapun. Jalani saja apa yang ada, bukan untuk mengelak dari pertanyaan konyolmu siang itu. Tapi aku tak ingin sebuah karma menghampiri dan membuat kacau semuanya. Jangan sesekali menanyakan cinta atau sayang kepadaku. Karena aku tak memiliki sebuah jawaban yang bisa kaudengar. Entah kenapa ini tak ada jawaban secuil pun dari pikiranku. Semuanya mengalir mengikuti arus yang sudah ada. Dan menurutku biasa saja, berteman dengan seorang laki-laki sudah wajar. Tidak kuanggap lebih, juga tidak kuanggap kurang.

Hari ini, Sang Fajar masih menyimpan sejuta rahasia yang patut dipikirkan. Tiba-tiba begini dan begitu. Alangkah baik jika melakukan antisipasi sejak awal. Bukan takut akan karma masa lalu, namun lebih kepada mengurangi. Jika memang kau seorang laki-laki yang baik dan penuh tanggung jawab. Kau takkan berbuat hina pada perempuan yang sudah kau beri tanda setia itu. Jagalah aku, raga dan sukmaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun