Mohon tunggu...
Riana Azzahra
Riana Azzahra Mohon Tunggu... -

Riana Wahyuni Indahsari, Mahasiswi IAIN Jember Program Studi Pendidikan Agama Islam. Masih dalam tahap belajar, jangan hakimi saya. Menulis mungkin tak seindah merangkai kata dalam lisan, tapi dengan menulis, dapat mengekspresikan semuanya yang ada. Menulis tak harus menunggu sebagus apa tulisan kita, tapi kemauan untuk menulis itu yang terpenting. Jika Rene Descartes mengatakan bahwa "Saya berpikir, maka saya ada", maka saya akan mengatakan "Saya menulis, maka saya ada".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Distingsi Persepektif dalam Pemakaian Jilbab

13 Maret 2018   13:55 Diperbarui: 13 Maret 2018   14:16 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jilbab merupakan salah satu ciri khas kaum muslimin dari zaman Nabi SAW sampai zaman yang sekarang ini. Paradigma tentang jilbab banyak menuai asumsi-asumsi yang berbeda. Ada yang berasumsi bahwa menggunakan jilbab itu adalah kewajiban bagi seorang muslim perempuan untuk memakainya yakni untuk menutup aurat. Adapula ada yang berpikir bahwa memakai jilbab itu hanyalah trend semata karena yang mereka lihat seperti artis-artis yang sudah terkenal kemudian artis itu berhijrah menjadi memakai jilbab dan serba islami banget. 

Meskipun demikian, banyak juga kontroversi mengenai jilbab dan bagaimana akibat dari memakai jilbab sendiri. Seperti yang sudah saya dengar sendiri dari teman-teman sewaktu di SMK, "buat apa pake jilbab kalo tingkah lakunya gak sesuai sama jilbabnya", "nggak pake jilbab nggak apa-apa, yang penting hatinya berjilbab (baik)"dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang seperti diatas yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 

Padahal jika di resapi benar-benar makna berjilbab itu adalah suatu perbuatan atau usaha untuk menutup aurat, agar bisa lebih terjaga dari godaan (lelaki). Dan sejatinya perempuan muslim yang berjilbab namun perilakunya belum bisa menyamai esensi jilbabnya itu lebih baik dari perempuan muslim yang sudah tidak berjilbab lalu mengumbar-umbar auratnya itu.

Seperti yang di ungkapkan oleh Masnun Tahir dan Zusiana E. Triantini dalam jurnal (Qawwam Volume 8 Nomor 1, 2014), di masa Reformasi sekarang ini, pemakaian jilbab adalah pilihan mode atau trend yang nantinya bisa digunakan sewaktu-waktu. Seperti yang sudah dipaparkan di paragraf sebelumnya bahwa banyak juga sekarang tempat-tempat kerja ataupun institusi pendidikan yang memperbolehkan mengenakan jilbab. 

Seperti halnya publik figur seperti artis papan atas dan para pesohor lainnya sudah tidak ragu lagi mengenakan jilbab dan busana muslim. Memang sekarang ini banyak sekali orang yang gemar berjilbab terkhusus para perempuan yang dahulu ketika bekerja, mereka dituntut untuk tampil cantik, modis dan tidak berjilbab. Yang kemudian daya tarik perempuan dianggap berkurang ketika menggunakan jilbab. Sehingga dalam kacamata bisnis hal itu dianggap merusak pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun