Anna tahu, perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan, tetapi selama mereka bersama, tidak ada yang tidak mungkin.*
Hari-hari berlalu, dan meski ada bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui, Anna dan Devan mencoba melangkah bersama. Namun, tidak ada yang tahu kapan takdir akan memisahkan mereka untuk selamanya.
*
Suatu malam, saat hujan deras mengguyur kota, Anna menerima panggilan dari nomor tak dikenal. Dengan perasaan cemas, dia mengangkat telepon itu, dan seketika dunia Anna runtuh.
"Apakah ini keluarga atau teman dekat Devan?" suara di ujung telepon bertanya dengan nada serius.
"Iya, saya Anna, teman dekatnya. Ada apa ya?" tanya Anna dengan suara bergetar.
"Kami dari pihak rumah sakit. Devan mengalami kecelakaan parah dan saat ini berada dalam kondisi kritis. Kami memerlukan kehadiran keluarga atau orang terdekatnya segera."
Tubuh Anna terasa lemas seketika. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas menuju rumah sakit, berharap semua ini hanya mimpi buruk. Sesampainya di rumah sakit, Anna berlari menuju ruang gawat darurat, tetapi saat dia tiba, dokter yang keluar dari ruang operasi hanya bisa menundukkan kepala.
"Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi sayangnya, Devan tidak bisa diselamatkan."
Kata-kata itu menghantam Anna seperti badai. Dunianya terasa runtuh seketika. Tubuhnya gemetar, air mata mengalir deras dari matanya. Devan, orang yang selama ini dia cintai dan perjuangkan, telah pergi selamanya.
Anna terduduk di lantai rumah sakit, tidak mampu mengendalikan kesedihan yang meluap-luap. Kenangan mereka bersama terputar kembali di benaknya, mulai dari saat pertama kali mereka bertemu hingga saat-saat terakhir mereka bersama. Betapa dia berharap bisa mengulang waktu, untuk bisa menyelamatkan Devan, atau setidaknya, berada di sampingnya di saat-saat terakhir.