Mohon tunggu...
Riana Widhianingsih
Riana Widhianingsih Mohon Tunggu... Pustakawan - Penulis

enjoy aja. Yuk sharing tentang tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Takdir dan Airmata

27 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 27 Agustus 2024   08:50 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anna..." suaranya melemah, amarahnya perlahan mereda saat melihat gadis yang begitu berarti baginya dalam keadaan seperti itu.

Anna segera bangkit, tanpa berpikir panjang ia memeluk Devan erat-erat, seolah ingin melindunginya dari semua rasa sakit. Devan terkejut, tubuhnya kaku, tapi akhirnya dia membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Anna. Ada kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan itu yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang, meski hatinya masih dipenuhi kepedihan.

"Ayo pergi dari sini, Dev," bisik Anna dengan suara gemetar, "Kamu gak perlu lagi berurusan dengan dia."

Devan terdiam sesaat, menatap Anna yang begitu tulus peduli padanya. Namun, bayangan masa lalu dan semua rasa sakit yang telah dia alami kembali menghantamnya. Dengan lembut, dia melepaskan pelukan Anna.

"Anna, ini urusan gue. Lo gak perlu terlibat. Lo gak akan paham betapa rusaknya hidup gue selama ini," katanya dengan nada yang lebih tenang, namun ada kegetiran yang tak bisa disembunyikan.

"Tapi gue peduli, Dev. Gue gak bisa ninggalin lo sendirian menghadapi semua ini," balas Anna tegas, matanya menunjukkan tekad yang tak goyah.

Devan menatap Anna dalam-dalam, ada sesuatu yang bergejolak di dalam hatinya. Selama ini, dia selalu menolak bantuan dan simpati dari siapa pun, tetapi untuk pertama kalinya, dia merasakan keinginan untuk berbagi beban yang selama ini dia pikul sendirian.

"Kita akan hadapi ini bersama, Dev. Lo gak sendiri lagi," kata Anna, suaranya lembut tapi tegas.

Devan akhirnya mengangguk pelan, merasa sedikit lebih ringan meskipun masalahnya jauh dari selesai. Bersama Anna, dia tahu bahwa dia punya alasan untuk bertahan, untuk melawan kegelapan yang selama ini membelenggunya.

Anna meraih tangan Devan, menggenggamnya erat, dan mengajaknya keluar dari apartemen itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melakukan apa pun untuk membuat Devan merasa berharga dan dicintai, meski perjalanan mereka ke depan mungkin tidak akan mudah.

Keduanya berjalan keluar dari apartemen dengan langkah yang perlahan namun pasti, meninggalkan semua kegelapan di belakang mereka. Di luar, matahari terbenam di kejauhan, menyinari mereka dengan lembut seolah memberi harapan baru di tengah keterpurukan yang mereka alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun