Mohon tunggu...
Riana Widhianingsih
Riana Widhianingsih Mohon Tunggu... Pustakawan - Penulis

enjoy aja. Yuk sharing tentang tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Takdir dan Airmata

27 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 27 Agustus 2024   08:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anna hanya bisa menatap tiket-tiket yang kini basah karena air mata dan hujan. Tiket-tiket itu berakhir di tempat sampah, lusuh dan terabaikan. Anna telah mencoba berulang kali untuk mendapatkan perhatian Devan, tetapi selalu berakhir dengan rasa sakit.

Namun, dua tahun kemudian, Anna adalah satu-satunya yang berarti bagi Devan.

*

"Bun..." Anna bergelayut manja pada ibunya, Rara, yang hangat disapa Bunda.

"Cih, manja banget," celetuk Yohan, kakaknya. "Orang sirik kuburannya hareudang."

"Mas, pakein AC lah," jawab Anna.

"Nggak ada yang mau bayarin tagihan listrik kuburan mamas," balas Yohan.

"Mamas deposit ke PLN sebelum meninggal," kata Anna dengan nada menggoda.

"Ya udah, deposit sekarang sono," balas Yohan.

"Diam atau keluar kalian dari kamar Bunda?!" Rara melontarkan perintah tegas.

Keduanya hanya saling cengiran, saling tuduh dengan tatapan mata, sebelum Rara menepuk tempat di sebelahnya. "Sini duduk di samping Bunda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun