Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Your great hope needs great price 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bagaimana Cara Efektif Membentuk Kompetensi Diri Sebagai Penulis

15 Agustus 2023   04:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   04:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis (Pixabay.com, Kreasi: StockSnap)

Bagaikan pisau yang diasah terus menerus menjadi semakin tajam, tergantung apa niatnya kita mempertajam pisau itu, juga tergantung apa latar belakang kita mempertajam pisau itu, dan tergantung apa praktik kita memanfaatkan ketajaman pisau itu, serta dimanakah orang-orang menyaksikan kepiawaian kita menggunakan ketajaman pisau itu.

Begitupula dengan kompetensi kita sebagai penulis. Setidaknya kita wajib memperhatikan 4 hal ini dalam rangka membentuk kompetensi diri sebagai penulis yang efektif.

1. Tujuan dan Niat yang kuat

Misal kita membahas seorang yang ingin menjadi penulis terhebat, sejatinya banyak ragam tujuan dan niat yang kuat ia ingin jadi penulis, diantaranya:

  • Karena demi materi dan finansial, ada seorang penulis yang memiliki tujuan dan niat kuat seperti ini bukan? Kemungkinan besar dimasa dekat ia mendapatkan keuntungan jangka pendek, sesuai kebijakan pemerintah yang diterapkan, tapi saat berganti kebijakan, bisa saja ia tidak mendapatkan apa yang menjadi tujuannya. Jadi, kalau tujuan kita adalah materi, kemungkinannya hanya 2, bisa mendapatkan materi, bisa juga tidak mendapatkan materi. Dan ini sejatinya membuat tulisan kita kesannya demi rating, demi meraup views yang banyak, dan terkadang mencari hal-hal trendy saat ini walau tidak berkualitas.
  • Karena demi gengsi dan mendapat pujian semata, kalau dipikir-pikir adakah penulis yang memiliki tujuan dan niat kuat seperti ini? Ya! Ini sangat terlihat dari perilaku narsistik dalam tulisan-tulisannya, ia selalu menggambarkan diri pribadinya sebagai orang yang patut dipuji, karena prestasinya, karena kebaikannya, karena ketaatannya dalam beragama. Tapi sejatinya karena terlalu sering hingga menjadi candu. Lama-lama pembaca menjadi kehilangan simpatinya, dan dampak pada jangka panjang, sang penulis kehilangan para pembacanya. Juga sang penulis menjadi menuntut dukungan kepada dirinya kepada orang-orang yang ia anggap penting lagi berharga, demi memberi makan egonya (nafsunya) agar tulisannya menjadi memiliki nilai dan berharga. Akibatnya tabiat penjilat melekat pada penulis jenis ini.
  • Karena demi menggiring opini publik, ada juga penulis jenis ini. Seakan ia berusaha manipulatif untuk menggiring opini publik sesuai apa yang ia pikirkan. Untuk penulis jenis ini, pasti sudah tebak arah nasibnya sebagai penulis bagaimana deh! Hahahaha! Jangan deh coba-coba manipulatif ke publik, sangat riskan dapat menggerogoti keyakinan publik terhadap diri kita sebagai penulis.
  • Karena demi menghibur publik, penulis jenis ini punya pengaruh yang positif dimata pembaca. Walau dirasa ringan yang ditulisnya, tapi dampaknya cukup signifikan. Dengan tulisan menghibur setidaknya banyak pembaca menjadi bahagia dan ceria, dan ini sangat berdampak juga bagi kondisi mental sang penulis.
  • Karena demi menyuarakan kebenaran dan berbagi kebermanfaatan semata, adakah sahabat pembaca menemukan penulis dengan tujuan dan niat yang kuat seperti ini? Niat demikian menjadikan hal demikian membuat tulisannya semakin hebat dan berkarakter, dan hal ini berdampak pada keuntungan jangka panjang, dan bisa jadi investasi amal kebaikan walau sang penulis sudah tidak lagi ada di alam dunia. Dengan kebermanfaatan ilmu dan kebaikan yang menginspirasi yang senantiasa ia tulis, membuat pahalanya mengalir deras sampai kehidupan akhirat nanti. Tapi untuk penulis jenis ini, pastinya tidak mudah, karena konsistensinya dalam menyebar kebermanfaatan dan daya inspiratifnya diuji terus menerus, untuk mengetahui seberapa jauh kadar ketulusannya berbagi untuk umat manusia yang ia kasihi dan cintai. Semakin keras ujian yang ia lalui, maka ia semakin terbentuk jiwa dan karakternya menjadi seorang penulis yang paling ditunggu hadirnya karya-karyanya. Dan ingat jika sahabat ingin mencapai pencapaian tertinggi dalam tujuan dan niat kepenulisan ini, janganlah sekali-kali merahasiakan pengetahuanmu yang dianggap paling berharga ... di hadapan para pembaca!

Tujuan dan niat kuatmu dalam dunia kepenulisan inilah yang akan menentukan penilaian publik siapakah dirimu dimata para pembaca?

2. Background Pengetahuan yang Mendalam

Menjadi penulis pun dibutuhkan latar belakang pengetahuan yang mendalam, jadi tidak sembarang ujug-ujug jadi penulis begitu saja. Penulis membutuhkan bekal pengetahuan, spiritualitas dan pengalaman sebelum ia menuangkan ide-idenya. Semakin lama dan semakin banyak bekal tersebut, itu sangat menunjang sumber daya yang dimiliki penulis untuk mengeksekusi setiap karya-karyanya. 

Jadi ... manfaatkan selalu masa muda kita untuk terus belajar, belajar dan belajar! Dan ingatlah ujian kehidupan yang kita alami, sejatinya kalau kita lulus dalam menempuhnya maka kita naik kelas ke level kehidupan berikutnya, dan ini juga sangat menentukan kualitas karyamu dihadapan para pembaca lho!

3. Praktik, Praktik dan Praktik (Pengalaman berkelanjutan)

Menulis jika semakin diasah, semakin dilatih, maka akan semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam menorehkan tulisan yang bernilai dimata pembaca. Semakin kita melatih menuangkan ide berupa tulisan, dengan sendirinya kata-kata dikepala kita, mengalir dengan cepat dan mudah untuk dituangkan dalam rupa tulisan, seakan tidak ada lagi hambatan pasti yang menjegal kreasi kita dalam mencipta tulisan.

Mungkin ini beberapa teori yang saya temukan dari bacaan-bacaan yang saya dapatkan perihal praktik keberlanjutan, yaitu:

  • Seorang ahli bela diri, dapat terlihat ketajamannya dalam pukulannya apabila ia selalu melakukan latihan satu pukulan setiap harinya, hingga 1 pukulan dalam sehari terjaga selama 1000 hari, dan kehebatannya barulah terlihat, dibanding dengan seorang ahli bela diri yang melakukan 1000 pukulan dalam 1 hari, namun tidak dilatih lagi di hari-hari berikutnya. Pengaplikasiannya dalam dunia menulis adalah 1 hari 1 artikel.
  • Mungkin sahabat pernah membaca teori latihan 10.000 jam untuk mengasah kompetensi diri, eits bukan berarti tidak ada waktu istirahatnya lho! Tapi, siapa yang sudah mencapai 10.000 jam untuk praktik menulis, pasti kepiawaian dirinya semakin terbentuk, moncer dan terlihat hebat pastinya.

4. Feedback

Kita bisa mendapatkan feedback dari setiap buah karya kita, jika memang kita memiliki panggungnya dalam menulis. Anggaplah K sebagai panggung menulis dirimu. Feedback dapat terlihat dari:

  • Jumlah views, menunjukkan seberapa besar kontenmu memiliki nilai jual.
  • Jumlah rate/vote, menunjukkan seberapa berharganya tulisan dirimu dimata pembaca.
  • Jumlah komentar dan isi komentar, menunjukkan seberapa berdampaknya tulisan dirimu dimata pembaca.

Jangan salah lho! Platform media kita menulis, itu sangat menentukan kekuatan otoritasmu dan pengaruhmu di mata para pembaca dan publik. Kalau Platform media tempat kita menulis itu memenuhi kriteria hukum perundang-undangan yang berlaku, maka itu sangat mempengaruhi kualitas pengaruhmu di mata pembaca dan publik yang menyaksikan.

Sebagai wasana kata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun