Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjelasan Sederhana Perihal Ikhlas dan Sabar

15 Februari 2023   12:50 Diperbarui: 15 Februari 2023   13:00 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhlas dan Sabar (Freepik.com)

Hai sahabat pembaca!

Ikhlas dan sabar sejatinya berbeda. Mari kita mengambil pelajaran berharga dari 2 kata mulia ini.

Ikhlas berarti menerima lapang dada walaupun tersakiti, karena masih menaruh rasa percaya kepada seorang yang amat dicintainya karena keimanannya, maka sumber dari ikhlas adalah rasa cinta dan sayang mendalam.

Sabar berarti tidak menerima, namun bertahan walaupun tersakiti, oleh perilaku dan perkataan orang-orang yang lain di wajah lain di hati, maka kata kuncinya adalah memberikan perlawanan menunggu saat tepat untuk membalas perbuatan mereka.

Allah berserta orang-orang sabar, ini adalah bunyi petikan Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 153. 

Sementara adapun kewajiban bagi orang beriman agar ikhlas dalam beribadah, seperti dalam bunyi petikan Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 29. 

Filosofi sederhananya:

Orang sabar diibaratkan sedang berada di markas musuh yang memerangi orang orang sabar tersebut secara bathin tapi tidak secara lahir (dengan maksud menipu). Orang sabar diuji dengan hidangan makanan yang nampak menawan dimata, aromanya enak, namun sudah diracun. Allah sungguh Maha Melihat perbuatan orang-orang menipu tersebut.

Orang ikhlas diibaratkan sedang berada di rumah seorang kekasih yang tidak sengaja memasak makanan yang tidak lezat disantap. Namun untuk menjaga perasaan kekasihnya, orang ikhlas menyantap makanan itu sepenuh hati, dan setelah menyantapnya sampai habis. Walau dirasa tidak nyaman, namun ia tahu rasa cinta mendalam sang kekasih. Biarlah sang kekasih menyadari bahwa makanan yang disajikan itu tidak lezat, setelah beliau mencicipi masakannya sendiri, dan menilai keikhlasan orang ikhlas tersebut.

Maka kata kuncinya, Kita diwajibkan ikhlas untuk kebaikan dengan sesama kita yang beriman untuk selama-lamanya. Sementara kita diwajibkan bersabar untuk menghadapi kekejian orang yang lain di wajah, lain di hati sampai tiba hari kebinasaan mereka yang dijanjikan Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun