Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Adalah Sang Protagonis di Muka Bumi!

17 Januari 2023   11:30 Diperbarui: 17 Januari 2023   11:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(enchancemywriting.com -  tribunnews.com)

Hai sahabat Pembaca!

Gimana perasaan sahabat ketika membaca sebuah karya fiksi yang heroik?

Pasti seru khan?

Melihat Protagonis utama yang pantang menyerah, tak pernah mengeluh dan pantang menyalahkan.

Nah.

Coba kita terapkan dalam hidup kita, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran Surah Insyirah ayat 7-8.

Kerja keras! Semangat! Itulah bunyi makna dari Surah tersebut.

Maka semangat adalah energi dahsyat dari jiwa yang membuat kita menarik perhatian banyak makhluk termasuk Sang Pencipta.

Maka hindarilah 3 perilaku yang melemahkan karaktermu sebagai Protagonis dunia ini! Yaitu:

1. Mudah mengeluh

Kalau kita mendapat orang-orang mengeluh pada kita, kesel gak sih? Kok kamu gak mampu? Kamu belajar enggak dari kehidupan yang kamu jalani? Alih-alih minta nasihat, yang ada kita denger curhatan panjang lebar yang gak ada habisnya... semua tentang ketidakmampuannya. Ingat mengeluh tanda tak mampu!

2. Mudah menyerah atas bidang yang dikuasai

Wah, kalau kita mendapati pegawai kita mudah menyerah dengan pekerjaannya, apa yang kemudian kita lakukan? Nah kan kalau kita yang diposisi di mudah menyerah, apa penilaian orang lain terhadap kita?

3. Mudah menyalahkan secara provokatif

Yang namanya manusia itu... sifatnya paling anti kalau disalahkan. Apalagi disalahkan depan umum. Nah kalau kita terjebak dengan sifat diatas? Tanya diri apa perasaan kita kalau kita yang disalahkan terus menerus? Putus asakah? Gak enak ya khan. Solusinya kita mesti perbaiki kata-kata kita agar tidak provokatif, namun dengan kritik dan saran yang membangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun