Hari tuamu nanti akan membicarakan masa kanak-kanakmu. Kita pernah berada dalam posisi yang sama, walaupun konteks berbeda. Saya apresiasi atas sikap rendah hatimu yang hanya bisa tersenyum ketika kujampai. Katamu sungguh mengingatkanku pada peristiwa masa lampau. Dalam nada haru, dirimu meyakinkanku bahwa ketika mau jadi manusia yang baik, harus dibentak, dihujat, dll. Yang walaupun Negara kita saat ini sudah menggelontarkan UU yang bisa saja melindungi kita..!!
Adik...ijinkan saya menyimpan potretmu ini untuk selalu mengingatkanku akan arti proses yang sesungguhnya. Jikalau dirimu merasa tak pantas saya puja, maka dengan rendah hati, saya akan angkat topi buwatmu. Sungguh, ada rasa yang terungkap dalam setiap gestur tubuhmu. Saya percaya, dirimulah yang layak kupanggil KADER MASA DEPAN di Desa Laga Lete Kecamatan Wewewa Barat Kabupaten Sumba Barat Daya.
Adik...semua yang dirimu lalui juga menjadi bahan evaluasi lembaga pendidikan kita. Dan untuk kita semua. Hingga saat ini, saya berkeinginan bersua bersamamu dan berbagi canda tawa.
Kita adalah Desa yang butuh pengetahuan. Cara apapun orangtua kita pasti mendukung demi kebaikan kita. Terima kasih karenamu semua telah menjadi kondusif. Terima Kasih..karenamu tidak ada lagi kata-kata hujatan yang terbacakan.
Saat ini, saya bahkan terketuk mata hati untuk bisa mendengar katamu. Tidak lagi ada kata cacian, hujatan, bulian ketika saya mendengar jawabanmu. Dirimu sungguh jadi panutan, agar bisa memaafkan sesama tanpa harus mendapatkan apa-apa. Bagiku...dirimulah yang menenangkan kami semua.
Teruntuk lembaga pendidikan, mohon jika berkenan, lakukanlah bimbingan konselin terhadap adik-adik panitia MPLS dan peserta MPLS guna meyakinkan mereka bahwa sikap itu menjadi salah satu motivasi untuk tidak lagi berbuat..!!
Maaf...catatan ini sekedar refleksi,..
Anak Desa untuk perubahan..!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
