Sore itu, Aku dan Sumba berbagi kisah dalam mengisahkan jejak perjalanan hidupku.
Sumba adalah pulau yang sudah membesarkan saya dari 23 tahun yang silam. Masa kecilku menjadi cerita tersendiri dalam hidupku. Sumba juga menjaga dan membesarkanku dengan rasa kasih yang tak kau miliki.
Masa remaja yang benar membuatku kagum akan sikapku saat itu. Bumi marapu ini tidak hanya memberiku kehidupan yang berkecukupan, Â tetapi alamnya yang indah juga menjadi penghias dinding-dinding pandangan mata.
Waktu terus berputar, Â potensi alam tanah kelahiranku semakin mendunia.
Ya,,, umurku semakin bertambah, perubahan di bumi marapu pun seakan menyesuaikan umurku. Mengapa tidak? Aku yang dulu luguh, sekarang sudah berada pada usia yang cukup dewasa. Seprtia alam Sumba yang juga semakin menonjolkan eksotiknya. Lautan yang indah, butir pasir pantai yang putih mengkilat menginspirasi kisahku.
Aku mencoba telusuri salah satu destinasi wisata di tempat kelahiranku. Pantai mananga aba namanya. Pantai kecil ini memantik jiwaku untuk menyuguhkan rasa empatik dan peduliku dalam merawatnya. Seolah alam ini menginginkan aku menjadi salah satu pelindung keindahannya.
Ceritaku di sore itu membawa inspirasi baru dalam hidupku. Rasa terhibur dan menghibur sangat tersentuh dalam kisahku. Pantai Mananga Aba seolah menjadi tempat melepas penatku yang paling tepat. Kisahku tercoret dilautnya yang biru dan dimusnahkan oleh gelombangnya yang bertingkat.
Sumba, aku ada karena kamu, kamu ada karena aku. Cinta Sumba yang begitu besar ini akan kujaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H