Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kacang Sembunyi Sumba Vs Kopi Pahit Sumba Ala Aktivis

2 September 2019   15:13 Diperbarui: 2 September 2019   15:29 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disuatu hari,  tepatnya di pusat kota Kabupaten Sumba Barat Daya pukul 15:00 Waktu setempat,  tanpa sengaja saya dan salah seorang kawan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia(GMNI) DPC SBD mendapat sebungkus ole-ole Kacang sembunyi sembunyi dari salah seorang pengusaha lokal Waitabula.

Hal yang tak terduga,  ole-ole itu kami peroleh tanpa terpikirkan sebelumnya. Saat itu,  kami hendak bepergian kesekret GMNI untuk mendiskusikan arah politik Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya selama 5 tahun terakhir ini. Tanpa banyak bercerita,  saya dan seorang pejuang kaum marhaen langaung menerima ole-ole kacang sembunyi dengan rasa terimaksih yang paling dalam.

Saat itu pula, kami langsung menuju sekretariat untuk melanjutkan misi sebelumnya. Setiba di sekretariat, kami disambut meriah oleh parah junior dengan moto sapaan MERDEKA. Tak terasa lengkap,  akhirnya salah seorang junior dengan jiwa militannya dan inisiatifnya langsung bergegas membuatkan kopi pahit Sumba. Oh.. Serasa hidup telah menjadi lengkap ketika dalam diskusi ditemanin Kacang sembunyi sumba yang tak kalah girih dan secangkir kopi pahit  Sumba yang telah tersuguhkan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dalam diskusi itu,  seolah kacang asli sembunyi Sumba dan secangkir kopi pahit Sumba menjadi pemantik akan hal-hal dibicarakan. Sungguh menarik dalam mengupas hal-hal yang kritis.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Diskusi yang sangat menarik,  dimana kami zering bersama fungsi mahasiswa dalam mengawal kinerja pemerintah 5 tahun mendatang. Terselip pula,  pembahasan yang cukup 'tajam' dalam mengkaji sikap mahasiswa angkatan 98 dan dimasa saat ini.

Tak terasa,  secangkir kopi pahit dan sebungkus kacang asli sembunyi Sumba telah habis. Namun,  rasa empatik kami dalam membahas arah politik kekinian pun tidak habis-habisnya. Begitulah cara kami dalam menikmati sebungkus kacang sembunyi sumba dan secangkir kopi pahit.

Teringat kata bung karno, "Aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yg hanya memikirkan diri sendiri,".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun