Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Pakai Toga? Langkahi Dulu Skripsi

10 Mei 2019   10:53 Diperbarui: 10 Mei 2019   11:46 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Ketua Prodi dan Sekretaris-dokpri

Perjuangan untuk menggapai toga, tentunya mempunyai proses yang 'pahit' dan 'manis.
Kali ini,  saya akan sedikit bernostalgia tentang perjuangan selama perkuliahan.

Bagi Mahasiswa akhir, mengerjakan skripsi sangat menantang dalam setiap 'detik' perjuangan. Ada yang menganggap bahwa skripsi mematikan, skripsi susah dikerjakan, skripsi bagaikan sepahit kopi tanpa gula. Banyak yang ingin cepat menyelesaikan skripsi karena mau cepat wisuda, dari berbagai perspektif itu, saya juga merasakan hal itu.

Terkadang saya tidak percaya bahwa ide yang keluar di malam hari saat tidur. Saya juga tidak percaya bahwa beberapa hari terakhir,  sudah ada teman-teman yang menyelesaikan ujian skripsi. 

Sementara saya lebih proaktif dalam dunia organisasi,  ketika mendengar informasi itu,  saya mulai gegabah,  tidak tahu mau mulai dari mana.  Saat itu,  rasa "galau" sudah mulai menghampiri,  kekecewaan sudah terasa dalam diri. perjuangan pun dimulai.

Bersama Ketua Prodi dan Sekretaris-dokpri
Bersama Ketua Prodi dan Sekretaris-dokpri

Saya pun meyakinkan diri bahwa judul skripsi saya yang meneliti tentang kebudayaan akan kuselesaikan dalam waktu yang sangat singkat.  judul itu pun langsung kukerjakan  dan saya mendapatkan dua pembimbing skripsi. 

Pembimbing satu bernama Lasarus B.  Kaleka, S.S., M.Pd dan pembimbing kedua Rm.  Mikael Sene, S. Fil., M.Pd Selama dibimbing bapak dosen berdua, cakrawala penulisan skripsi terbuka.

Ada banyak hal-hal sepele dari skripsi yang justru saya belajar dari beliau berdua. Saya melakukakan beberapa kali revisi skripsi dengan DP 1 dan DP 2 saya tersebut, saya banyak belajar dari kesalahan. Saya sadar ini adalah proses yang harus saya jalani.

Bersama Dosen pembimbing dan Dosen Penguji-dokpri
Bersama Dosen pembimbing dan Dosen Penguji-dokpri

Saya yakin revisi skripsi ini bukannya menyusahkan saya, tapi membuat saya harus lebih teliti membuat tulisan ilmiah. Dalam keadaan yang menegangkan, saya mendapat saran dari senior maupun orang-orang dekat agar tetap menyelesaikan skripsi. Sungguh saran ini adalah masukan yang sama seperti orang tua saya katakan.

Di sela-sela revisi kedua pembimbing saya selalu menyarankan dan mendorong  untuk tetap menyelesaikan skripsi,  "Saya harap kamu bisa menyeimbangkan antara organisasi dan skripsi yang kamu kerjakan, walau bagaimanapun kamu harus bertanggung jawab atas studimu" tegas mereka.

Dari saran-saran itu,  saya ternyata tahu bahwa mereka sangat peduli dengan studi skripsi mahasiswanya. Saran itu juga membuat saya bangkit menulis skripsi setelah seusai ujian seminar proposal skripsi beberapa bulan ditinggalkan. 

Saran itu serta merta mengubah paradigma saya agar semakin sering konsultasi, saya justru diberikan kemudahan dalam menulis karya ilmiah itu. 

Lalu kenapa saya harus mempersulitnya? Inilah yang terkadang dialami mahasiswa semester akhir, dimana perasaan susah menemui dosen karena kesibukan seringkali membuat mahasiswa jadi malas mengerjakan skripsi.

Atau bahkan ketika kita sendiri sebagai mahasiswa sibuk, kita jadi malas mengerjakan skripsi. Tapi ternyata saya justru disadarkan oleh pembimbing saya, saya harus tetap memprioritaskan skripsi di tengah kesibukan kesana kemari, tak terasa waktu ujian semakin dekat,  saya semakin tegar dalam melawan rasa penat itu, supaya saya bisa konsultasi setiap hari dipembimbing. Tanpa kusadari,  skripsi saya ternyata di ACC kan oleh DP 1 dan 2, dan siap untuk diuji.

dokpri
dokpri
Akhirnya,  hari yang ditunggu tiba,  tepatnya hari Kamis, 16-08-2018, merupakan sejarah yang tak kulupakan dan moment itu mengingatkanku pada kejadian masa lampau "KAMIS BERDARAH" kisah yang bertepatan dengan hari ujian skripsi saya.

Ujian pun berlangsung dengan kondusif,  saya diuji oleh pak Asmadi,  S.Pd., M.Pd. Penguji membeberkan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa dan mengkritiki hasil tulisan saya serta tidak lupa memberikan msaukan-masukan yang membangun.  Setelah selesai ujian tersebut,  berkat kuasa-NYA, saya dinyatakan LULUS. 

Kebahagiaan ini pun kupersembahkan untuk kedua orang tua, keluarga,  senior,  teman seperjuangan dan semua yang sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi saya. perjuangan meraih ujian skripsi ini berlangsung selama berbulan-bulan.

Di sela-sela mengerjakan skripsi itu, saya beberapa kali kerap meninggalkan kepentingan yang tidak mendesak mengerjakan skripsi dan meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan orgnisasi dan refresing.

Pesan : Kalau mau tahu arti kesabaran dalam sebuah proses,  tanyakanlah pada mahasiswa akhir.
Tidak semua Mahasiswa/i sampai pada tahap akhir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun