Beberapa Bulan yang lalu,  Propinsi Nusa Tenggara Timur dihebohkan dengan pernyataan Gubernur Vicktor B.  Laiskodat yang mengungkapkan miras akan di legalkan  di wilayah NTT pada 30 November 2018 . Tidak sedikit pula pro kontra masyarakat terkait pernyataan Gubernur.
Dilansir dari https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pemerintahan-daerah/368482-NTT-Legalkan-Pembuatan-Miras-Lokal media online Vicktor mengatakan "Saya minta semua Kepala Daerah mencabut izin larangan produksi miras lokal. Kita izinkan dan berupaya membina mereka agar produksinya bagus dan pemasarannya teratur, berkualitas. Saya juga minta polisi jangan tangkap mereka, produksi dan penjual miras lokal," tegas  Viktor.Â
Dilihat dari pernyataan tegas gubernur memang tidak menutup peluang pendapatan serta peningkatan ekonomi keluarga bagi pembuat miras lokal. Legalnya produksi miras lokal  juga akan membantu dalam membiayai sekolah anak. Selain itu,  hal ini akan mendatangkan keuntungan bagi para pembisnis maupun pemerintah.Â
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyebutkan  bahwa mengkonsumsi alkohol yang secukupnya dapat membantu menjaga kesehatan jantung, kesehatan ginjal,  kesehatan mulut dan gigi serta meningkatkan daya kerja otak. Sehingga miras yang dilegalkan harus benar-benar dikonsumsi sesuai takaran dokter. Dengan demikian  kematian pun tidak akan terjadi yang dikarenakan mengkonsumsi alkohol.Â
jika kita hanya membandingkan konsumsi alkohol dan hasilnya pada kesehatan, maka kita akan menemukan efek manfaat yang jelas dari meminum alkohol dalam jumlah sedang. Namun, jika kita mengambil contoh mantan peminum dalam kelompok yang tidak suka minum, maka manfaatnya tidak akan terlihat jelas --bahkan sama sekali tidak ada.
Ya... Memang benar, Â bahwa dibeberapa tempat dengan mengkonsumsi miras lokal itu bagian dari budaya, tetapi apakah berlaku juga sumba? Bahwa itu bagian dari budaya?Â
Berdasarkan pengamatan penulis yang bersumberkan pada realitas kehidupan sehari-hari dipulau Sumba khususnya Sumba Barat Daya banyak yang mengkonsumsi miras lokal maupun non-lokal secara berlebihan. Hal itu berdampak pada konflik sosial yang menelan korban. Ada juga yang mabok yang berakibatkan pada kecelakaan beroda dua maupun roda empat.Â
Di beberapa tempat ketika ada acara maupun semacamnya disitu pun akan ada pesta miras. Namun disayangkan ketika mengkonsumsi alkohol yang berlebihan membuat suasana jadi ricuh. Seharusnya hal tersebut yang perlu diperhatikan bersama.Â
Apakah dengan dilegalkan produksi miras lokal tidak akan menambah konflik dilingkungan sosial?Â
Hal itu penulis meyakini bahwa kericuhan yang terjadi karena mengkonsumsi alkohol yang berlebihan bukan hanya di Sumba.