Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas seorang guru, sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru yang profesional yang mampu memanfaatkan dan menggunakan multi metode dan multi media pembalajaran yang menarik dan inovatif mulai dari yang sederhana sampai dengan yang canggih guna membantu pelaksanaan proses belajar mengajar. Metode dan media pembelajaran tidak hanya sekedar sebagai alat bantu mengajar guru, tetapi sebagai komponen yang terpenting dalam proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas.
Sejalan dengan lajunya pertumbuhan dan pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat saat ini, seharusnya proses kegiatan belajar mengajar banyak menggunakan multi metode dan muliti media serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran. Guru juga harus mengurangi penyampaian materi pelajaran dengan cara lama yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan medianya hanya satu yaitu buku teks yang didukung oleh alat bantu papan tulis. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, guru seharusnya mampu memanfaatkan metode dan media pembelajaran yang inovatif, sehingga pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa dan tujuan pembelajaranpun tercapai.
Penulis akan mengangkat juga perbedaan peran guru dulu dan sekarang dalam hal menggunakan metode dan media pembelajaran. Dulu guru merupakan satu-satunya informasi dan sumber belajar bagi siswa, sedangkan sekarang guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena siswa dapat memperoleh informasi atau sumber belajar dari berbagai sumber seperti dari internet, buku, majalah, koran, televisi, alam, dll. Di lapangan masih tedapat guru yang mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, sehingga lahirlah suasana belajar yang membosankan, tidak menarik dan pembalajaran yang satu arah, maksudnya guru yang aktif sedangkan siswa pasif.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru yang profesional harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, aktif dan kreatif. Untuk menciptakan suasana tersebut guru harus memanfaatkan dan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan perkembangan siswa dan materi yang akan disampaikan. Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila seorang guru menguasai materi, metode dan media pembelajaran.
Mata pelajaran Sosiologi di tingkat SLTA yang berisikan materi hafalan, bisa menjadi membosankan bagi siswa apabila dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah dan medianya buku teks saja, bisa sebaliknya menyenangkan apabila dalam menyampaikan materi menggunakan metode dan media pembelajaran yang inovatif yang menggugah, menantang, mendorong siswa untuk bereksplorasi dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Contoh guru menayangkan video/film, foto/gambar melalui LCD proyektor dan melibatkan siswa secara langsung untuk bermain peran (roleplaying) sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Variasi metode dan media pembelajaran oleh seorang guru sangat menentukan sikap senang atau tidaknya siswa terhadap materi yang akan disampaiakan oleh guru tersebut. Mata pelajaran Sosiologi dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa apabila didukung oleh cara penyampaian materi pelajaran yang variatif dan inovatif oleh guru. Berbagai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran Sosiologi.
Terdapat berbagai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan pada mata pelajaran Sosiologi di tingkat SLTA: (1) metode bermain peran (roleplaying)merupakan salah satu permainan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku dan nilai-nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain. Metode bermain peran yang direncanakan dengan baik oleh guru dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama siswa dengan temannya, menghargai pendapat temannya dan siswa mampu mengambil keputusan. Metode bermain peran dapat melibatkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi siswa mampu memecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap dan nilai-nilai moral, sedangkan aspek psikomotorik terlihat ketika siswa mampu bermain peran di depan kelas.(2) metode karya wisata, metode ini sesekali diperlukan dalam pembelajaran Sosiologi, karena dengan metode ini siswa dapat melihat langsung objek yang akan diamati. Beberapa kelebihan dari metode karya wisata dalam pembelajaran sosiologi antara lain: (a) siswa dapat mengamati objek secara nyata dan bervariasi seperti gejala-gejala sosial masyarakat; (b) siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan cara melihat, mencoba dan membuktikan secara langsung suatu objek yang dipelajari; (c) siswa mendapatkan informasi dan penjelasan langsung dari nara sumber. (3) metode pembelajaran berbasis masalah (problembasedlearning) merupakan metode yang efektif juga dalam pembelajaran Sosiologi, karena siswa diberikan suatu masalah dan diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut secara kelompok. Guru harus mampu mengangkat masalah-masalah sosial yang baru terjadi (update), sehingga siswa akan lebih antusias dan tertarik untuk mengerjakan dan meyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan medianya menggunakan media yang diproyeksikan (slide powerpoint) melaui LCD proyektor, visual media (film, gambar, foto, bagan, skema dan grafik).
Problematika pemanfaatkan multi metode dan multi media dalam pembelajaran Sosiologi antara lain: (1) kurangnya minat dan kemauan guru untuk menggunakan metode dan media pembelajaran inovatif, Ini terlihat masih ada guru yang menggunakan cara lama baik metode dan media pembelajaran, guru masih menganggap dirinya sebagai sumber belajar dan sekaligus sebagai media belajar satu-satunya yang tidak tergantikan, sehingga melahirkan pembelajaran yang bersifat monoton dan membosankan bagi siswa.(2) kurangnya sarana dan prasarana yan memadai, tidak ada gunanya merancang dan mengembangkan metode dan media pembelajaran yang canggih kalau tidak didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana contohnya: komputer/laptop, LCD proyektor, internet, alat/bahan. (3) ketidaktertarikan siswa terhadap metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru, hal ini terjadi selain metode dan media yang digunakan itu-itu saja atau cara lama. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang tidak tepat atau tidak cocok dengan materi yang disampaikan menjadikan siswa binggung, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Beberapa alternatif pemecahan masalah pemanfaatan multi metode dan multi media pembelajaran oleh guru di kelas: (1) guru diberikan pelatihan dalam memanfaatkan metode dan media pembelajaran, tujuannya adalah untuk membantu guru memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan dan mengembangkan metode dan media pembalajaran yang variatif dan inovatif. (2) guru menyampaiakan informasi mengenai rencana pemanfaatan metode dan media pembelajaran kepada siswa, karena tujuan dari pemanfaatan metode dan media pembelajaran adalah semata-mata untuk memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi pembejaran bukan semata hanya untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H