Di sebuah stan pameran produk dalam negeri yang berukuran sekitar 2.5 x 2.5 m terlihat rak display produk yang terbuat dari bambu di sisi kanan dan kiri, di rak tersebut berjajar rapi hasil produk rumahan yang bertuliskan Banana Chips DJ. Di sisi tengah terdapat layar yang menampilkan proses pembuatan produk, sisi kanan kiri di atas rak display produk terpajang piagam dari berbagai penghargaan dan foto dokumentasi event pameran yang dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Walau sederhana pengemasan stan terlihat apik. Yang lebih menarik perhatian adalah pisang menggantung di sisi kanan stan, pisang tersebut terlihat panjang dan gemuk yang dikenal dengan nama pisang tanduk. Pisang ini memang agak sedikit berbeda dengan pisang tanduk yang ditemui di daerah Pulau Jawa, karena diametermya cukup besar. Strategi memajang pisang yang tak lazim itu berhasil mencuri perhatian pengunjung Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam Negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan pada Rabu (4/8) kemarin di Jambi.
Penulis berkesempatan untuk mencicipi tester yang disodorkan oleh seorang ibu yang kemudian penulis ketahui bahwa ia adalah istrinya; Neni (40). Produk yang ditawarkan terdiri dari keripik pisang original, keripik pisang rasa jagung, keripik pisang rasa cokelat, keripik pisang rasa pedas, kerupuk akar pisang dan stik sayuran. Cita rasa bumbunya khas dan renyah sukses mengundang pengunjung yang mampir ke stan membeli produk olahan pisang pasangan pengusaha tersebut.
Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam Negeri Memberi Peluang Pasar Bagi Pelaku UMKM
Darma merupakan salah satu pengusaha mikro kecil yang berkesempatan mendapat stan di Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan. Stan yang ia peroleh secara gratis tersebut merupakan bentuk upaya Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan akses pasar dan daya saing pelaku UMKM seperti yang diungkapkan oleh Sekjen Kementerian Perdagangan, Srie Agustina pada pembukaan Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri (4/8) “Penguatan perdagangan dalam negeri dilakukan dengan upaya memperkuat pelaku perdagangan yang mayoritas adalah pelaku usaha menengah kecil, sebagian besar mereka menghasilkan produk unggulan yang hari ini bisa kita saksikan bersama dalam pameran”.
Kemendag memfasilitasi 125 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia, yaitu Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Papua Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Barat dan Banten. Fasilitas yang disediakan dalam pameran kali ini adalah stan bagi peserta UMKM yaitu 111 stan pameran untuk mempromosikan produk terbaiknya, terdiri dari 56 stan Pameran Pangan Nusa dan 55 stan Pameran Produk Dalam Negeri, ada pula 14 stan lainnya yang digunakan untuk produk kuliner khas Jambi.
Darma yang sudah mengikuti Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri sebanyak 2 kali ini mengatakan, “Pameran ini bermanfaat karena kami bertemu langsung dengan buyers maupun distributor, seperti tadi kami dikunjungi oleh Indomart, Giant dan Hypermarket”. Saat ini yang sudah ia jajaki adalah penjualan dengan Alfamart dan Carrefour, dengan penjualan melalui retail ini omset penjualan Darma bertambah hingga mencapai Rp. 5.000.000,- per harinya.
Produk yang Berdaya Saing
Dalam beberapa kesempatan penulis mendengar pendapat dari kalangan mahasiswa dan pelaku usaha kecil menengah, bahwa waralaba mematikan pelaku usaha mikro dan kecil. Namun strategi merangkul pelaku waralaba untuk meningkatkan penjualan pelaku usaha mikro dan kecil merupakan cara yang cerdas. Asalkan produk yang dimiliki memiliki daya saing yang tinggi, jangan takut untuk bersaing di pasar regional, nasional bahkan menjadi bagian dari mata rantai global.
Produk yang berdaya saing itu adalah produk yang memiliki kualitas yang baik karena berasal dari bahan baku yang berkualitas, diproses dengan memperhatikan K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan), memiliki spesifikasi sesuai dengan keinginan konsumen dan memiliki standar nasional Indonesia, untuk produk obat dan makanan memiliki izin BPOM, sertifikasi halal dengan harga bersaing di pasaran. Jika pelaku UMKM sudah kualitas produk baik dan memenuhi standard, yakinlah bahwa konsumen akan tertarik dengan sendirinya.
Pelaku UMKM yang memiliki produk berkualitas dan memenuhi standar acap kali kesulitan melempar produknya ke pasar secara luas. Banyak jalan menuju sukses, ketika satu pintu tertutup masih banyak ribuan pintu lain yang menanti untuk dibuka. Untuk menjadi pelaku UMKM yang naik kelas dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerja kreatif.