Mohon tunggu...
Ria Miska
Ria Miska Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ditantang Satu Hari Tanpa Media Komunikasi, Inilah yang Terjadi pada Guru Ini

28 Juli 2016   18:46 Diperbarui: 29 Juli 2016   08:27 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Codot.gov

08.30 WIB. Ada jeda waktu istirahat sebelum memasuki kelas selanjutnya Bram, masuk ke ruang guru. Ia bercerita “Biasanya begitu masuk ruang guru langsung terkoneksi dengan wifi, tapi ya mau gimana lagi HP-nya mati”. Ia berbincang dengan guru sebentar sambil memasukan buku pelajaran yang sebelumnya ia ajarkan ke laci, kemudian bergegas ke Koperasi Sekolah. Ia berseloroh “Di ruang guru gak bisa ngerokok, jadi kesini aja deh.” Ia berbincang dengan petugas Koperasi Sekolah dan ditemui juga beberapa rekan guru yang hendak merokok di ruangan tersebut.

11.00 WIB. Bram pulang ke rumah, di rumah ia tidak menyalakan televisi, handphone nya masih dimatikan. Ia mengawasi Ghaisan yang sedang bermain diluar sembari bergurau dengan Ghaisan dan teman-temannya. Kemudian ia pun melakukan aktifitas seperti biasanya, makan, mengasuh anaknya dan menemani Ghaisan tidur siang.

17.00 WIB. Kontrak one day without mass media berakhir. Penulis bertanya apa yang ia rasakan sehari tanpa media massa. “Saya merasa ingin tahu, apa yang dibicarakan oleh teman-temannya di whatsapp group guru dan saya ingin segera membuka Facebook untuk tahu apa yang sedang terjadi di sekitar saya”.

Kini pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta pengguna. Indonesia merupakan salah satu negara teraktif di media sosial. Fenomena masyarakat modern menempatkan media massa sebagai sebuah kebutuhan yang harus diakses setiap hari. Tidak semua informasi yang dimuat di media penting bagi komunikan, tetapi saat ini kita seperti dijejali oleh sebuah informasi yang terlalu banyak. Bram menceritakan bahwa members dalam group whatsapp sering bertukar informasi mulai dari yang informasi yang ringan dan menghibur, info spiritual, imbauan, pengumuman dan isu-isu yang sedang berkembang saat itu.

Penting untuk diketahui? Jawabannya ada pada diri masing-masing. Kita harus dapat menyaring informasi apa yang kita butuhkan. Lalu apa yang terjadi kalau kita diterpa “too much information”? Bram mengatakan ia menjadi tahu banyak informasi bukan saja apa yang ingin ia ketahui dan ia sukai tapi banyak tips dan trik yang ia bisa aplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Akibatnya ia tidak bisa memilah mana informasi yang penting dan tidak penting semua informasi terasa penting untuk diketahui yang bahkan bukan menyangkut dirinya, dan ia menjadi begitu percaya dengan apa yang diberitakan dalam media tanpa sempat untuk meng-cross check nya.

Bram juga menjelaskan perasaannya setelah menerima tantangan ini, ia mengatakan awalnya ia jenuh dan bosan tapi ia salurkan dengan berbincang dengan keluarga dan teman-temannya. “Entah kenapa saya jadi lebih fokus pada kegiatan yang saya jalani, saya lebih aware dengan lingkungan sekitar dan lebih sering berbicara dengan keluarga dan teman”.

-------

New technologies continue to serve as powerful tools for propaganda or mass persuasion. People just watch the TV and believe whatever is broadcasted across and don't take a moment to think about why - Latandra Rodriguez

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun