Semangat yang ada dalam napas ayah, selalu tampak dalam keinginannnya untuk sembuhMalam itu ayah tetap salat isya, dengan tongkat tubuh ringkihnya berjalan mengambil wudhu
Ketika gulita malam menyusun sebuah rencana, semua tak tahu
Dalam suara sayup alquran yang kami bacakan ayah menciumi wajah adik lelakiku
Tangannya tetap erat di genggamku, satu persatu wajah putranya dipandangi penuh kasih
Dalam tetes infus yang kian memelan
Ayah sudah tak bersuara lagi
Tidur panjang membawanya ke suatu tempat yang dipilih Tuhan
Terasa getar nadi semakin melemah berjalan menyusuri telapak tanganku
Tiba-tiba detaknya melemah dan menghilang seperti strum listrik yang terdapat di baterai menyengat getar nadiku
Ini napas terakhir, ini detak terakhir, aku tak sanggup rasanya, tapi ketabahan ayah dalam menghadapi maut begitu kuat
Hingga ke dalam liang lahat terasa hatiku terkuak, tergambar semua perjuangnnya dalam isak tangisku doa tak henti
di pusara bunga kamboja jatuh bersama airmataku
Hari berkabung bersama pejam mata ayah untuk selamanya
Bukit Nuris, 2020
Riami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H