Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kuda Lumping

15 Juli 2020   06:59 Diperbarui: 15 Juli 2020   06:55 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuda Lumping


Tarian indah mendayu, musik mengiringi lenggok penari dengan kuda anyam dari bambu

Kemenyan dibakar, aroma mistisnya membuat penari  bergerak kian seru, napas terengah
Cetar bunyi pecut sang pendekar menjadi penyemangat dan penari semakin menggila

Mata memejam mengunyah bara api
Oh kuda lepas dari pegangan
ndadi  beling dikunyahnya juga,  ngeri! Tapi asyik

Begitulah seni budaya unik negeri kita
Yang menjadi kekayaan budaya tercinta

Terakhir ia makan bunga sesaji, layaknya makan krupuk yang kriuk dan gurih
Auum, auum, auum suara auman menandakan yang merasuk adalah mbah macan kata sang pendekar

Sungguh seni indah, penari terkapar lemas, setelah tiga sabetan mendera
Musik usai, tapi budaya tak boleh berhenti
Besuk akan ada panggung lagi

Bukit Nuris, 2020
~ Riami ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun