Dipecahlah batu-batu itu penuh keyakinan dengan otot kecilnya yang membiru, seperti ia memecahkan segala pelik dalam pikirnya
siang terik
suara batu pecah
O, wonder women
Dalam derai angin yang membelai rambut kian khusut, ia tak pernah berpikir tentang mencintai diri sendiri
Dihantam keras batu, laksana ia menghantam rindu yang beku, dikumpulkan serpihan-serpihan itu, laksana ia mengumpulkan serpihan hati yang hancur
Perempuan berteman batu, ia singkirkan cemburu, meski luka mendendang dalam benak, ia hanya berfikir dalam napas ada cinta untuk buah hatinya
Segunung, tumpukan batu, yang dipecahkan, segunung pula rindu yang diabaikan, cinta dan kesetiaannya tak dihiraukan, sakit adalah teman seperti saat palu menerpa jari jempol manis yang tak pernah berkitek
Hanya batu menjadi saksi protes atas cintanya yang tidak harmonis, hanya batu yang menjadi tumpuhan resah dalam batinnya, hanya batu yang menjadi teman hari-harinya, hanya batu yang setia menyimpan semua curahan jiwanya, atas pengkhianatan cinta yang direndanya
Mata indah dan tajam itu telah menjadi kuyu, oleh kepalsuan janji, yang tahu hanya batu-batu yang beku, yang rela ia pecah menjadi uang receh, untuk membuat kayu di dapur terbakar dan mematangkan nasi jagung berbalut pilu
Bukit Nuris, 2020
~ Riami ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H