Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Sang Wonder Woman

5 Februari 2020   16:27 Diperbarui: 5 Februari 2020   18:46 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERJUANGAN SANG WONDER WOMEN

Menulis kisah inspiratif seakan tak ada habisnya. Banyak tokoh wanita yang menjadi wonder women yang menginspirasi banyak wanita. Di antara bunga-bunga wanita itu adalah Istikharotun Fitrieyah. Wanita berpendidikan sarjana Ekonomi ini penuh inspiratif kisahnya. Pekerjaan sebagai Lady Yakult ditekuninya sejak muda.

Sebagai seorang single parent sejak ditinggal oleh suaminya. Ia mengasuh anaknya yang masih berumur empat tahun dan enam tahun ini seorang diri dan harus bekerja keras karena suaminya tak kunjung datang hingga delapan tahun. Cibiran dari siapa pun tak dirasakannya. Yang penting anaknya bisa sekolah, makan dan mempertahankan hidup.

Dititipkannya anaknya di sebuah paud hingga ia pulang kerja. Untuk yang sudah SD, sepulang sekolah langsung di rumah. Jam-jam istirahat dia tengok anaknya. Mengambilkan makan dan melatih anak pertamanya untuk mandiri. Membuat lauk utamanya, misalnya menggoreng telur. Tak ayal anaknya sejak kelas dua SD sudah biasa menyalakan Elpiji dan membuat mi, menggoreng telur dan yang bisa dilakukan.

Jadwal kerja dengan tuntutan tinggi membuat ia harus berusaha keras. Bekerja mulai jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Ia semangat dan tak malu malu menjajakan yakult di area yang sudah ditentukan perusahaan. Bagi sebagian orang  mungkin ditinggal suami itu sudah beban tersendiri buat hidup.

Tapi tidak dengan Fitri begitu panggilannya. Dia tepis segala kepedihannya demi sebuah semangat untuk kedua buah hatinya. Dengan kendaraan sepeda motor dan obrok sebagai andalannya memperjuangkan ekonomi keluarga. Meski gajinya cukup untuk makan, keperluan rumah dan sekolah anak-anaknya ia tetap semangat menghadapi hidup.

Bagaimana dengan hidupnya yang sendiri. Kenapa begitu bertahun-tahun, baru setelah ditinggal  pergi tanpa kabar selama 8 tahun oleh suaminya tidak segera mengurus cerai?  Padahal menurut agama selama 4 bulan berturut turut seorang suami meninggalkan istrinya sudah boleh seorang wanita mengajukan gugatan.

Semua ia lakukan demi dua anaknya. Yang ada dalam benaknya hanya bagaimana dia bisa mengatasi ekonomi dan menyayangi kedua putranya dengan sungguh-sungguh.

Pagi, siang, malam dia habiskan waktunya untuk bekerja dan mengurusi kedua buah hatinya. Rasa capek pun kadang mendera. Tapi itu semua tak dirasakan. Bahkan sakit pun kadang tak libur bekerja. Kegigihannya telah membuahkan hasil. Ia pernah mendapat reword kerja untuk mengunjungi Jepang. Begitulah cara Tuhan menghibur manusia yang sungguh-sungguh bekerja keras.

Setelah delapan tahun menunggu dia pastikan suami tak kunjung pulang ia mengajukan cerai ke pengadilan. Untuk apa dia lakukan itu? Menunggu yang tak pasti akan menambah beban tersendiri buat hatinya. Namun hingga kini ia masih berjuang sendiri untuk anak-anaknya. Apakah dia tidak ada yang mengajak menikah.

Ada. Tetapi setelah bertahun tahun hidup sendiri terasa sudah biasa. Jadi ketika ia mendapat respon dari pria yang simpati dengannya ia selalu konsultasikan ke anak-anaknya. Al hasil tidak semuanya termasuk mantan suaminya pun masih ingin kembali suatu hari. Tapi banyak hal yang harus dipertimbangkan agar bisa menikmati cinta sesungguhnya. Terutama bagaimana dia bisa berbagi dengan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun