Semua orang ingin mendapatkan pelayanan yang baik ketika pergi ke suatu tempat, tidak terkecuali ketika sedang sakit dan datang ke rumah sakit. Dari awal klien masuk dan mendaftar, klien menginginkan administrasi yang efisien dan cepat serta memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan di rumah sakit (Sommer et al, 2023). Kemudian, ketika mulai dirawat di ruangan, klien akan mengharapkan komunikasi yang jelas dan informasi lengkap terkait perawatan serta kehadiran perawat yang memberikan perhatian penuh (Berman, 2022) . Selama klien berada di rumah sakit, klien terus memperhatikan sikap dan kemampuan perawat terutama ketika sedang bertindak dan menyelesaikan masalah. Tanpa disadari, klien pun menilai profesionalisme perawat melalui pelayanan yang ia terima. Apabila klien menilai kinerja perawat baik, ia akan merasa puas dan senang akan pelayanan yang diberikan.Â
   Kepuasaan klien harus menjadi prioritas utama bagi perawat ketika ia memilih untuk bekerja untuk melayani masyarakat. Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan kualitas kerja. Kualitas kerja tersebut merupakan bagian dari identitas profesional perawat atau selanjutnya disebut profesionalisme. Profesionalisme dalam keperawatan adalah rasa diri terhadap sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik, norma, dan nilai-nilai disiplin keperawatan sehingga menghasilkan pemikiran, tindakan, dan perasaan individu seperti seorang perawat (Berman, 2022). Di dalam profesionalisme, terdapat nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan. Perhatian terhadap nilai-nilai profesionalisme keperawatan sangat diperlukan karena perawat akan membawa kode etik dan nilai-nilai yang dianutnya di lingkungan klinis serta akan mendasari setiap keputusan yang ia buat (Jahromi, 2018). Profesionalisme tidak hanya berbicara mengenai keahlian dan kemampuan perawat dalam melakukan tindakan tetapi jauh lebih luas yaitu mengenai keseluruhan aspek diri perawat secara fisik, mental, dan psikososial.Â
   Sesuai dengan pernyataan Berman bahwa profesionalisme adalah rasa terhadap diri sendiri, hal ini selaras dengan pengertian konsep diri. Konsep diri adalah citra mental seseorang tentang diri sendiri (Berman, 2022). Nilai-nilai profesionalisme yang berakar pada diri kita sendiri akan mempermudah perawat menjadikan nilai profesionalisme menjadi karakternya. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penelitian yang mengatakan bahwa perbedaan nilai-nilai profesional terletak pada prioritas maupun sifat asli perawat (Poorchangizi, 2017). Proses perolehan nilai-nilai tersebut terjadi secara bertahap sepanjang hidup seseorang. Namun, satu hal pasti bahwa individu terutama perawat dengan konsep diri yang positif diyakini dapat beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi selama masa hidup.Â
  Konsep diri mempengaruhi interaksi seseorang dengan orang lain. Bagi perawat, konsep diri yang baik contohnya percaya diri, kesadaran diri, resiliensi, dan empati merupakan karakter yang penting dibutuhkan karena nilai-nilai ini akan membantu perawat menghasilkan pemikiran, keputusan, dan tindakan yang tepat untuk pekerjaannya. Dari nilai yang dianut ini, perawat akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai bagian dari diri sendiri sehingga nilai tersebut mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak. Pada akhirnya, nilai-nilai yang positif akan mendukung perawat dalam membentuk karakter profesional yang tepat.Â
KEPERCAYAAN DIRIÂ
   Dalam teori perkembangan psikososial Erikson, ia menyatakan bahwa kepercayaan diri dimulai pada saat seseorang memiliki sesuatu untuk dipegang dan dipercayai (Berman, 2022). Secara alami, manusia akan merasa aman apabila hal tertentu atau seseorang  dapat menunjukkan kehadiran, keandalan, kejujuran, dan ketulusan untuk menyediakan. Pada kondisi ini, akan timbul rasa percaya karena terdapat keyakinan dalam diri kita bahwa hal atau sosok tersebut mampu menolong kita. Sumber kepercayaan diri bisa hadir dari siapapun dan apapun, tetapi sosok yang paling mampu menolong kita adalah diri kita sendiri. Erikson menyatakan kembali bahwa dalam fase otonomi versus keraguan, kepercayaan diri yang dimiliki seseorang akan membentuk pengendalian diri dan kemandirian di dalam lingkungannya (Townsend, 2018). Hal inilah yang dibutuhkan oleh perawat profesional untuk membawa dirinya di ranah pekerjaan, inilah yang akan membantu perawat membentuk profesionalisme sebab salah satu nilai profesionalisme adalah adanya otonomi dan pengaturan diri. Dari sini kita dapat melihat bahwa kepercayaan diri sangat berperan dalam profesionalisme dengan cara membentuk pribadi yang memiliki keyakinan dan kontrol atas dirinya sendiri serta lingkungan di sekitarnya.Â
  Terbentuknya kepercayaan diri seorang perawat merupakan proses yang panjang dan terbentuk dari awal menjadi mahasiswa keperawatan, praktik klinik, hingga bekerja di rumah sakit. Kepercayaan diri juga terbentuk melalui pembelajaran, persaingan, dan pengakuan dari orang terdekat (Jahromi, 2018). Kepercayaan diri perawat juga dikaitkan dengan lingkungan kerja. Sebuah studi yang dilakukan oleh Beer (2024) menemukan bahwa perawat yang kurang dihormati oleh sesama rekan kerja menyebabkan kurangnya rasa percaya diri dan berkurangnya kualitas perawatan pasien sehingga perawat tersebut tidak mampu mempertahankan martabat profesionalnya. Oleh karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri bagi perawat berfungsi untuk mempertahankan kompetensi dan melanjutkan perkembangan personal dan profesional.Â
SELF AWARENESS
  Setelah seorang perawat memiliki kepercayaan diri dalam bekerja, ia harus mengetahui dan sadar akan kelebihan dan keterbatasan yang  dimilikinya. Berman mendefinisikan kesadaran diri sebagai hubungan antara individu dengan persepsi tentang diri sendiri. Kesadaran diri sangat terkait dengan konsep diri karena pengenalan akan diri sendiri merupakan proses untuk membentuk konsep diri terutama pada masa dewasa muda (Park, 2019). Kesadaran diri diperlukan terutama dalam profesionalisme untuk terus melakukan perbaikan diri sebab salah satu komponen penting dari kesadaran diri adalah introspeksi diri. Selain itu, perawat yang memahami dirinya sendiri dan menerima keunikannya lebih mampu mengontrol emosi dan menghargai klien (Townsend, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Han (2022) menunjukkan bahwa perawat yang memiliki kesadaran diri cenderung mempunyai identitas profesional yang lebih kuat dan kemampuan interpersonal yang lebih baik contohnya komunikasi yang efektif. Dengan adanya kesadaran diri yang diiringi dengan refleksi diri, seorang individu akan secara perlahan membangun ketahanan (resiliensi) dan mempersiapkan perawat untuk menghadapi tantangan pekerjaan.
RESILIENSI
   Dalam suatu shift kerja, perawat rentan dengan hazard baik itu hazard fisik, kimia, biologis, ergonomis, maupun psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Petersen (2024) terhadap perawat homecare di Jerman, menemukan bahwa hazard psikologis yang sering dihadapi adalah perawatan yang tidak memenuhi kebutuhan kesehatan klien,  tanggung jawab yang lebih besar untuk keseluruhan pengaturan perawatan, konflik pekerjaan-privasi, dan konflik antara etika profesional dengan sistem pembayaran. Untuk menghadapi tekanan saat bekerja, resiliensi atau adaptasi positif merupakan hal yang penting untuk manajemen stres dan menghindari kelelahan berlebihan (Titriek, 2022).